Rabu 01 Aug 2018 15:53 WIB

Iran: Diskusi dengan AS Bagai Mimpi tak Bernilai

Trump diminta tak menyakan Iran dengan Korut.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump
Foto: NBC News
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang pejabat senior sekaligus komandan militer Iran menolak menggelar pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dia menilai, Permintaan diskusi yang diajukan Trump merupakan kegiatan yang sangat tidak berharga dan seperti mimpi.

"Kata-kata Trump sangat kontradiktif dengan aksi yang dia tunjukan untuk memberlakukan kembali sanksi ekonomi kepada Teheran," kata pejabat tersebut.

Setali tiga uang, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menempatkan kesalahan pada AS dan Trump setelah keluar dari pakta nuklir Iran. Dia menegaskan, ancaman, sanksi dan tingkah layaknya seorang humas tidak akan jitu guna menyeret Teheran ke meja perundingan.

Pernyataan lebih keras diungkapkan Kepala Garda Revolusioner Iran Mayor Jendral Mohammad Ali Jafari. Dia menegaskan agar Trump tidak menyamakan Iran dengan Korea Utara (Korut) yang menerima tawaran pertemuan dengan AS. "Bahkan Presiden AS setelah Anda tidak akan melihat hal itu terjadi," kata Mohammad Ali Jafari.

Baca juga, Trump: Jika Terus Mengancam Iran akan Menderita.

Kepala Dewan Strategi terkait Hubungan Luar Negeri Iran Kamal Kharrazi mengaku tidak melihat nilai apapun dari tawaran pertemuan yang dilakukan Trump. Ini mengingat permintaan diajukan beberapa pekan setelah peringatan keras yang dilakukan Trump terhadap Teheran.

"Berdasarkan pengalaman buruk kami dengan AS serta pelanggaran komitmen yang ditunjukan pejabat mereka, secara natural kami tidak melihat nilai apapun dari proposal itu," kata Kamal Kharrazi.

Baca juga, AS Ingin Menghapus Iran dari Pasar Minyak Dunia.

Dewan Strategi terkait Hubungan Luar Negeri Iran merupakan organisasi yang dibentuk pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Dewan itu dibangun untuk membantu memformulasikan kebijakan jangka panjang negara.

Sementara, Iran saat ini tengah dimbang sanksi sepihak yang akan diberlakukan AS setelah keluar dari pakta nuklir 2015. Rencananya, sanksi akan mulai diterapkan pada Agustus dengan mengincar sektor perbankan negara dan November yang membidik bidang energi serta perminyakan Teheran.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement