REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat umum relawan di Sentul International Convention Center (SICC) pada Sabtu (4/8) lalu menimbulkan kontroversi. Menanggapi hal itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai, pidato tersebut sebagai bentuk pertahanan diri. Artinya, jika seseorang diserang, harus mempertahankan diri.
"Pak Jokowi tidak mengatakan hantam, itu cuma mempertahankan diri, wajar saja," ujar Jusuf Kalla yang ditemui seusai rapat pleno Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), di Kantor Pusat MUI, Senin (6/8).
Jusuf Kalla menilai, pidato Jokowi tersebut merupakan hal yang wajar. Sebab, itu merupakan pertahanan diri. "Masa diserang saja tidak mau mempertahankan diri, itu hukum membela diri," kata Jusuf Kalla.
Baca juga: Mendagri: Pidato Jokowi tidak Mengajak Berbuat Kekerasan
Dalam rapat umum relawan di SICC, Jokowi mengajak relawannya agar tidak membangun ujaran kebencian dan menjelekkan orang lain. Dia juga meminta relawannya untuk berani jika diajak berantem.
"Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi, kalau diajak berantem juga berani," kata Jokowi.
Pernyataan Jokowi itu langsung membuat para relawan yang memadati ruangan acara bersorak dan berteriak heboh. Jokowi membiarkan kehebohan berlangsung sekitar 15 detik sebelum ia kembali melanjutkan arahannya.
"Tapi, jangan ngajak (berantem) loh. Saya bilang tadi, tolong digarisbawahi. Jangan ngajak. Kalau diajak (berantem), tidak boleh takut," kata Jokowi lagi-lagi disambut antusias oleh para relawan.
Baca juga: Istana: Pernyataan Jokowi kepada Relawan Hanya Kiasan