Jumat 10 Aug 2018 08:55 WIB

Bukan Prabowo, Tetapi Malah Jokowi Pilih Ulama Jadi Cawapres

Jokowi telah memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya.

Rep: Muhyiddin, Fauziah Mursid, Febrianto Adi Saputro, Umar Mukhtar/ Red: Andri Saubani
Peletakan Batu Pertama Menara MUI. Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maruf Amin menuju tempat peletakan  batu pertama proyek pembangunan Menara MUI di Jakarta, Kamis (26/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Peletakan Batu Pertama Menara MUI. Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maruf Amin menuju tempat peletakan batu pertama proyek pembangunan Menara MUI di Jakarta, Kamis (26/7).

REPUBLIKA.CO.ID, Pesan berantai tersebar di grup percakapan Whatsapp pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Kamis (9/8) sore. Isi pesannya, calon presiden (capres) pejawat, Joko Widodo (Jokowi) memilih Ketum MUI Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres).

"Insya Allah (sudah resmi), sebentar lagi diumumin sabar. Walaupun prosesnya agak lama tadi," ujar Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Asrorun Niam kepada Republika.co.id, Kamis (9/8), setelah pesan berantai itu tersebar.

Niam mengatakan, keputusan Jokowi memilih Ma'ruf baru diketahui pengurus MUI pada Kamis sore. Tanpa menjelaskan proses penunjukan Ma'ruf, Niam mengaku terkejut dengan pilihan mendadak Jokowi itu.

Di Restoran Plataran Menteng, Jakarta, ketua umum dan sekretaris jenderal (Sekjen) parpol koalisi pengusung berkumpul dengan Jokowi. Di sela obrolan mereka, Sekjen PKB mengunggah cicitan di Twitter, yang kemudian dikutip banyak media.

"Rapat antara pak @jokowi dan ketum-ketum, sekjen partai pendukung memutuskan Prof Dr Kh Ma'ruf Amin sebagai calon wapres Pak Jokowi," tulis Karding.

Jokowi yang tiba di restoran itu sekitar pukul 17:07 WIB tak memberikan keterangan banyak kepada wartawan. Jokowi yang mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana hitam hanya tampak melemparkan senyum sambil berujar, "Belum, belum, belum," kepada awak media.

Tak lama selepas Maghrib, Jokowi menggelar keterangan pers dan secara resmi mendeklarasikan diri sebagai capres di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengumumkan Ma'ruf Amin sebagai cawapres yang akan mendampinginya.

Jokowi mengatakan, keputusan dirinya kembali maju setelah mendengar masukan dari ulama, ketua umum parpol, relawan, dan masyarakat luas. "Maka, dengan mengucap Bismillah saya memutuskan kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden," ujarnya, di Jakarta Pusat, Kamis (9/8).

Jokowi melanjutkan, setelah melalui perenungan dan mendengar masukan dan saran dari elemen masyarakat, capres pejawat itu memutuskan jika KH Ma'ruf Amin dipilih sebagai cawapres. "Maka, saya memutuskan dan mendapat persetujuan dari parpol, yang akan mendampingi saya sebagai calon wakil presiden (cawapres) adalah KH Ma'ruf Amin," ucapnya.

Pilihan Jokowi kepada Ma'ruf terbilang mengejutkan dan membuat meleset semua perkiraan pengamat. Apalagi, sampai Kamis sore, santer beredar info bahwa yang akan menjadi cawapres Jokowi adalah Mahfud MD.

Mahfud pun pada Kamis sore atau tepatnya sejak pukul 16.00 WIB berada di Restoran Tesate, tepat di seberang Plataran. Ia terpantau mengenakan kemeja putih ciri khas Jokowi ditemani oleh politikus pendukung Jokowi.

Semula kabar beredar di kalangan wartawan, Mahfud akan ikut deklarasi dengan Jokowi pukul 18.00 WIB. Namun, setelah ditunggu-tunggu, Mahfud tak kunjung masuk dalam restoran tempat Jokowi dan para ketua umum partai berkumpul dan kemudian meninggalkan restoran tersebut.

Kepada wartawan pada Kamis malam, Mahfud mengaku kaget dengan penunjukan Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi. Apalagi, Jokowi sebelumnya telah meminta dirinya mempersiapkan diri termasuk syarat-syarat administratif sebagai cawapres.

"Saya tidak kecewa tapi kaget saja karena sudah diminta mempersiapkan diri bahkan sudah agak detail," kata Mahfud di Jakarta, Kamis (9/8).

Salah satu syarat yang sudah diurus Mahfud adalah surat keterangan tidak pernah menjadi terpidana. Surat itu kemudian diterbitkan oleh Pengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta.

"Tapi tidak apa-apa, dalam politik itu biasa, itu tidak apa-apa, kita harus mengutamakan keselamatan negara ini daripada sekadar nama Mahfud MD dan Ma'ruf Amin atau nama siapa," kata Mahfud, berbesar hati.

Ma'ruf Amin sendiri mengaku tidak menyangka akan dipilih Jokowi. Meskipun, sebelumnya memang kerap berdiskusi soal kebangsaan bersama Jokowi.

"Karena dipilih berarti saya harus siap mengabdi pada negara kan. Ulama itu kan kalau dibutuhkan, manfaat," ujar KH Ma'ruf kepada wartawan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (9/8) malam.

Secara khusus, Rais Aam PBNU itu menyatakan berterima kasih kepada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. "Cak Imin yang telah memperjuangkan saya. Motornya Cak Imin. Kalau tidak ada Cak Imin, saya tidak bisa jadi cawapresnya Pak Jokowi," katanya.

Sehari sebelum pengumuman cawapres oleh Jokowi, Muhaimin memang berkunjung ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, Rabu (8/8). Seusai pertemuan itu, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menanggapi soal mencuatnya nama Mahfud MD sebagai bakal cawapres Jokowi.

Saat ditanya terkait sosok Mahfud, Kiai Said mengatakan bahwa secara kultural Mahfud memang berasal dari keluarga NU. Namun, menurut dia, Mahfud belum pernah menjadi kader NU lantaran tidak pernah aktif dalam organisasi kepemudaan NU.

"Pak Mahfud orang yang belum pernah menjadi kader NU, apa ketua PMII, atau IPNU belum pernah, walaupun background keluarganya NU. Secara kultural NU. Tapi belum belum pernah menjadi aktivis NU," ujar Kiai Said.

Pernyataan Said itu menyiratkan bahwa, Mahfud MD tak sepenuhnya mendapatkan 'restu' dari PBNU untuk menjadi cawapres Jokowi. Padahal, Mahfud mendapat dukungan penuh dari keluarga almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Baca juga:

Pilihan cerdas

Terpilihnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres sepertinya membuat kaget kubu lawan. Menanggapi pilihan Jokowi ke Ma'ruf, Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Muhammad Marta, hingga Kamis malam masih mendesak Prabowo Subianto juga memilih cawapres dari kalangan ulama.

"Saya dengar Pak Jokowi untuk periode yang kedua didampingi pak Ma'ruf Amin. Saya tidak tahu itu benar atau tidak, kenapa pak Jokowi lebih cerdas daripada kita? Nah ini tidak boleh," kata Yusuf di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta.

Yusuf mengatakan GNPF Ulama tetap berpegang kepada hasil Ijtima' GNPF Ulama pada akhir Juli lalu yang mendorong nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri dan pendakwah Ustaz Abdul Somad (UAS) sebagai cawapres Prabowo. Namun, lanjut Yusuf, jika Prabowo tidak memilih keduanya, GNPF telah mengeluarkan calon alternatif, yaitu Ustaz Arifin Ilham dan Ustaz Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).

"Kami sudah mengajukan calon alternatif dan akan dibawa ke ijtima, ustaz Arifin Ilham dan Aa Gym," kata Yusuf.

Yusuf mengatakan, menanggapi nama-nama tersebut Prabowo mengaku akan mempertimbangkannya. Yusuf menegaskan, GNPF berani mengambil sikap jika Prabowo juga berani ambil sikap.

Namun, calon alternatif yang disodorkan GNPF Ulama pun ditolak oleh Prabowo. Sekitar pukul 23.30 WIB, Prabowo didampingi petinggi PKS dan PAN, secara resmi mendeklarasikan diri secara capres dan mengumumkan Sandiaga Uno sebagai cawapresnya.

"Sandiaga merupakan pilihan yang terbaik dari yang ada. Beliau juga berkorban dan telah bersusah payah dalam berkampanye," kata Prabowo dalam konferensi pers di kediamannya di Jakarta, Jumat (10/8) dini hari WIB.

[video] GNPF Ulama ingin Prabowo Didampingi Ulama

Isu SARA dan politik identitas

Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai dipilihnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres pendamping Jokowi bertujuan untuk menghilangkan citra anti-Islam yang melekat pada diri mantan wali kota Surakarta itu. Menurutnya, Ma'ruf yang merupakan Rais Aam PBNU, ormas Islam terbesar, menjadi modal bagi Jokowi untuk menangkal isu-isu SARA dan politik identitas.

"Jokowi menganggap Ma'ruf Amin memiliki basis massa NU yang kuat dan bisa menghilangkan citra Jokowi yang terkesan anti Islam," ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (9/8).

Penilaian senada juga diutarakan oleh pengamat politik, Ray Rangkuti. Ia menilai, salah satu pertimbangan dipilihnya Ma'aruf Amin adalah untuk melawan isu SARA khususnya agama yang dapat menerpa Jokowi. Apalagi, Jokowi punya pengalaman diterpa isu SARA pada Pilpres 2014 di mana saat itu Prabowo juga menjadi lawannya.

"Ma'aruf Amin memiliki kekuatan dan pengaruh untuk (menghadapi) hal tersebut," kata Ray.

Sebagai cawapres Jokowi, menurut Ma'ruf, ke depannya ia harus membangun sinergitas antarsesama bangsa. Sehingga, tidak terjadi perpecahan akibat pilpres.

"Ya itu tadi kita harus membangin sinergitas seluruh bangsa. Kita harus paham bahwa kita punya landasan negara yang kuat yang merupakan kesepakatan. Tidak boleh ada saling (serang) antara kelompok satu dan kelompok lain karena kita sudah sepakat, harus hidup berdampingan satu sama lain," kata Ma'ruf.

photo
Profil KH Ma'ruf Amin

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement