REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Sebuah serangan udara di Yaman menghantam bus sekolah yang menewaskan puluhan orang. Termasuk 29 anak-anak. Koalisi Arab Saudi dituduh melakukan serangan ini.
Dilansir Aljazirah, Jumat (10/8), Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan kendaraan itu diserang ketika sedang berada di dekat pasar di provinsi Saada yang dikendalikan Houthi. ICRC mengatakan di akun akun Twitter-nya bahwa tim medis di rumah sakit yang didukung ICRC telah menerima jenazah 29 anak-anak, semua di bawah 15 tahun. Rumah sakit juga menerima 48 orang yang terluka, di antaranya 30 anak-anak.
Kepala delegasi ICRC di Yaman, Johannes Bruwer, mengatakan berdasarkan keterangan pejabat setempat, total korban tewas 50 orang l dan 77 orang terluka. "Dari jumlah ini, rumah sakit ICRC di Al Talh menerima 30 orang tewas dan 48 luka-luka, yang sebagian besar adalah anak-anak," katanya.
Menurut beberapa sumber, serangan itu terjadi Kamis pagi di luar pasar yang ramai di kota Dahyan. Al Masirah, jaringan TV pemberontak pro-Houthi, mengatakan bus yang membawa sekelompok siswa untuk menghadiri kelas mengaji Al-Quran menjadi sasaran. Namun laporan ini belum bisa diverifikasi secara independen.
Al Masirah mengunggah beberapa video di Twitter yang menunjukkan keadaan setelah serangan itu. Termasuk, korban anak-anak yang tewas maupun luka parah.
Aliansi Saudi-UEA kemudian mengeluarkan pernyataan melalui media milik Saudi. Mereka mengatakan telah meluncurkan serangan terhadap Saada. Tetapi mereka menargetkan "peluncur rudal".
"(Serangan udara) sesuai dengan hukum internasional dan kemanusiaan," ujar juru bicara koalisi Kolonel Turki al-Malki.
Namun, seorang wartawan Yaman yang bermarkas di ibukota Sanaa, Nasser Arrabyee, mengatakan tidak ada pasukan Houthi di sekitar pasar tempat serangan itu terjadi. "Tempat ini dikenal sebagai pasar, (dan) tidak ada instalasi militer di dekatnya. Tetapi Saudi diketahui telah melakukan serangan ini berkali-kali. Dengan menyasar sekolah , pernikahan dan sebagainya," katanya.
Dia menambahkan pusat kesehatan di provinsi yang dilanda perang akan berjuang untuk menangani korban luka dan tewas yang diprediksi akan bertambah. "Sulit untuk mengobati sejumlah besar korban luka di Sanaa, apalagi di Saada, yang sangat terpencil dan primitif," tambahnya.