REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Korban gempa di Kabupaten Lombok Utara berharap pemerintah membangunkan rumah tahan gempa. Warga mengungkapkan, bantuan uang tunai yang dijanjikan justru akan membuat sulit warga untuk bisa kembali memiliki rumah.
Wiwied Suhardi (24 tahun), warga Dusun Karang Baru, Pemenang Timur, Kabupaten Lombok Utara, menjelaskan, rumahnya rata dengan tanah akibat gempa berskala 7,0 SR pada Ahad (5/8) lalu. Begitupula banyak warga Dusun Karang Baru lainnya.
Dusun setempat lantas melakukan survei awal kepada korban gempa yang rumahnya rusak. "Kita disuruh kasih foto terus foto itu diteruskan ke desa dan kecamatan, "jelas dia saat berbincang dengan Republika.co.id di Pemenang Barat, KLU, Nusa Tenggara Barat, Ahad (19/8).
Wiwied sedang memikirkan cara untuk membangun rumah berukuran 5x5 meter itu. Dia berharap agar pemerintah merehabitasi kembali rumahnya. "Warga itu tidak butuh uang tunai. Kita inginnya rumah, "jelas dia.
Menurut Wiwied, bantuan uang tunai senilai Rp 50 juta untuk rusak ringan, Rp 25 juta untuk rusak sedang dan Rp 10 juta untuk rusak sedang justru membuat warga serbasalah. Mahalnya bahan material dan sulitnya tenaga tukang di sekitar Pemenang membuat pembangunan rumah akan terkendala.
Tidak hanya itu, dia mengungkapkan, bantuan uang Rp 10 juta untuk warga yang rumahnya rusak ringan justru menjadi dilema. Menurut dia, pada umumnya warga yang rumahnya hanya rusak sebagian semisal tembok retak justru ingin rumahnya dirobohkan. Mereka ingin memiliki rumah tahan gempa yang digaungkan pemerintah.
Baca: Risha, Rumah Tahan Gempa Dibangun di Lombok
Pengusaha barbershop ini pun berharap agar pemerintah pusat bijak melihat masalah ini. Dia mengungkapkan, uang tidak menjadi solusi untuk warga yang saat ini membutuhkan rumah.
Pemerintah akan mengucurkan dana untuk merehabilitasi lebih dari 60 ribu rumah di Lombok yang rusak akibat gempa. Rencananya, rumah akan dibangun warga. Sementara itu, pemerintah melalui Gubernur NTB dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan melakukan pengawasan agar konstruksi rumah bisa tahan gempa.
Khawatir hujan
Para pengungsi gempa Lombok juga khawatir dengan tenda berbahan terpal yang saat ini menjadi tempat bernaung. Muhson (36 tahun) berharap agar pemerintah dan otoritas terkait bisa memperbaiki terpal yang kondisinya sudah bolong dan rusak. "Kami butuh terpal pak, takut hujan, "jelas warga Desa Manggala, Pemenang, KLU, NTB itu kepada Republika.co.id
Baca: Jokowi Minta Rumah Sehat Tahan Gempa Dibangun di Lombok
Dia khawatir hujan yang biasanya turun pada September akan merusak posko-posko pengungsian. Padahal, mayoritas warga KLU tidur di tenda. Mereka juga melakukan aktivitas lain di tenda darurat seperti shalat. Ada 417.529 pengungsi di seluruh Lombok.