Senin 20 Aug 2018 22:25 WIB

Kubu Jokowi-Ma'ruf Yakin Raih Banyak Suara Warga NU

Karakteristik warga NU bukan oposan.

Rep: M Nashih Nasrullah/ Red: Muhammad Hafil
Pendaftaran Calon Presiden Jokowi. Pasangan Capres-Cawapres Joko Widodo (tengah kiri) dan Maruf Amin menyerahkan berkas pendaftaran kepada Ketua KPU Arief Budiman (kedua kanan) di KPU Pusat, Jakarta, Jumat (10/8).
Foto: Republika/ Wihdan
Pendaftaran Calon Presiden Jokowi. Pasangan Capres-Cawapres Joko Widodo (tengah kiri) dan Maruf Amin menyerahkan berkas pendaftaran kepada Ketua KPU Arief Budiman (kedua kanan) di KPU Pusat, Jakarta, Jumat (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Juru Bicara bakal capres-cawapres pejawat, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin, Idy Muzayyad meyakini bakal mendapatkan banyak suara dari warga NU. Meskipun, dia juga memprediksi dukungan itu tidak sepenuhnya diberikan kepada Jokowi-Ma'ruf.

"Memang tidak bulat ke kita. Lagian tidak ada sejarahnya dukungan NU bulat. Kita akui itu. Tapi masih tetap akan lebih banyak yang pilih Pak Jokowi. Kita lihat saja nanti," ujar Idy kepada wartawan, Senin (20/8).

Idy yang dipercaya sebagai Wakil Direktur Kominfo di TKN Jokowi-KH. Ma'ruf ini menyampaikan sejumlah alasan. Pertama, karakteristik warga NU itu bukan pemberontak atau oposan. Artinya lebih suka untuk melanjutkan pemerintahan saat ini yang sudah baik. Kedua, KH. Ma'ruf Amin bagaimanapun adalah orang tua atau sesepuh NU.

"Sungguhpun banyak yang menggerutu dan menyesalkan. Tapi lebih banyak yang pada akhirnya tetap akan memilih cawapres yang berasal dari kalangan nahdliyyin ini," papar Idy yang juga mantan Ketua Umum Ikatan Pelajar NU (IPNU) itu.

Alasan ketiga, kata Idy, warga NU lebih banyak yang obyektif dan tidak terpengaruh segala macam hoax dan fitnah yang memyasar Jokowi. Sehingga simpati kepada Jokowi masih akan muncul dan diwujudkan dengan memilih Jokowi dalam helatan Pilpres 2019 mendatang.

Sebelumnya, Yenny Wahid, putri keempat Gus Dur, mengtakan bahwa NU secara organisasi tidak boleh berpolitik praktis. Namun, warga NU diperbolehkan memilih sikap politik secara individual dan tidak ada paksaan sama sekali untuk memilih salah satu paslon. Yenny menyebut, NU tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana.

Sedangkan, para Gusdurian pun bukan organisasi politik. Gusdurian akan memilih pemimpin berdasarkan proses aqli dan naqli. Dua proses itu yang akan digunakan secara rasional untuk menilai sepak terjang kedua paslon.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement