REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Games 2018 adalah hajatan besar bangsa Indonesia. Sebanyak 45 negara Asia yang terdiri dari beragam suku, etnis, agama, budaya, bahaysa, tumpah ruah di Jakarta dan Palembang, untuk bersaing sehat dan sportif untuk menjadi yang terbaik di arena olahraga. Fakta ini menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia untuk menyukseskan Asian Games 2018. Sukses prestasi dan sukses penyelenggaraan akan menjadi perwujudan nyata rasa tanah air bagi seluruh elemen bangsa.
“Sebagai warga negara kita tidak boleh merasa ragu mencintai tanah air dan negara Indonesia dengan ikut mensukseskan Asian Games 2018. Membela negara adalah bagian dari jihad. Bagi saya, menjadi muslim sekaligus menjadi orang Indonesia tidaklah kontradiktif. Keduanya bisa beriringan tanpa kendala sedikit pun,” ungkap Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ), Prof Dr Siti Musdah Mulia, di Jakarta, Kamis (23/8).
Sebagai orang Indonesia, Musdah mengaku sangat bangga Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Untuk itu ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama dan bersatu menyukseskan pesta olahraga negara-negara Asia ini. Selain itu, setelah Asian Games 2018 selesai nanti, juga bisa dijadikan bahan evaluasi secara holistik untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sebagai tuan rumah. Evaluasi ini penting demi meningkatkan kualitas bangsa di masa depan.
Upaya-upaya itu, lanjut Musdah, sudah sangat sejalan dengan ajaran agama Islam. “Menjadi muslim bagi saya adalah upaya menegakkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, kemerdekaan serta kemashlahatan bagi semua manusia, bahkan juga semua makhluk. Upaya-upaya menyukseskana Asian Games 2018 sejalan dengan kewajiban saya sebagai warga negara Indonesia,” tutur Musdah, yang juga Sekjen Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) ini.
Selain itu, kata Musdah, Asian Games 2018 adalah arena untuk memperkuat solidaritas bangsa-bangsa Asia. Solidaritas itu diawali dari persaingan dan kebersamaan di arena olahraga, yang bisa menular menjadi solidaritas sosial sebagai bangsa Asia. Ini sangat penting karena saat ini banyak bangsa Asia yang dilanda masalah, mulai bencana alam, perang, serta ancaman radikalisme dan terorisme.
Ia juga tidak sepakat bila Asian Games 2018 dikait-katikan dengan sentimen agama. Menurutnya, pemikiran seperti itu sangat berlebihan, terutama adanya pihak yang mengkritik penggunaan simbol negara yang digunakan dalam upacara pembukaan, dan promosi-promosi lainnya.
“Wajar Indonesia menggunakan simbol Garuda, karena itu adalah lambang negara. Malah tiap negara, termasuk negara islam juga punya simbol masing-masing dan itu tidak ada hubungannya dengan agama. Arab Saudi misalnya punya simbol pedang yang tidak ada hubungannya dengan agama islam,” kata Musdah Mulia.