REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Pasar Rumput dengan warga Menteng Tenggulun kerap terlibat tawuran, saking seringnya warga memiliki pertanda khas untuk menandakan tawuran mulai berlangsung. Alarm dibunyikan agar warga lain dapat segera berlindung dan tak jadi sasaran amuk warga yang terlibat tawuran.
“Kalau udah mulai petasan bunyi dua kali atau lebih itu tanda tawuran bakal mulai,” kata Sulaeman, Ketua RW 10 Menteng Tenggulun, Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (26/8) lalu.
Pertanda khas ini entah berlangsung sejak kapan, namun Sulaeman mengatakan, pertanda itu sengaja dibuat oleh warga agar kewaspadaan ditingkatkan. Meski ia menolak warganya terlibat tawuran sejak 2010, petasan tetap akan dibunyikan jika tawuran dimulai.
“2010 ke sini itu bukan murni warga yang tawuran, ada yang dibayar, ada orang luar yang ikut tawuran, tapi kalau petasan udah bunyi, itu tandanya pasti ada tawuran, dan warga udah siap-siap mempertahankan wilayah,” kata Sulaeman.
Lain lagi dengan yang dilakukan warga Menteng Atas. Jika tawuran antara warga Sawo dengan warga Bedeng dimulai, empat hingga sepuluh kali pukulan di tiang listrik menjadi pertanda tawuran akan dimulai. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak tahun 1994.
Yoyok (40 tahun) seorang warga jalan Dr Saharjo yang selalu menjadi saksi ratusan hingga ribuan kali tawuran di depan matanya tak akan pernah lupa. Pertanda bunyi tiang listrik yang dipukul berulang kali dan dipukul di beberapa titik adalah tanda siaga untuk para warga agar jangan menjadi korban tawuran.
“Kalau udah ada bunyi tiang listrik dipukul berulang kali, liat saja ke jalan, kalau udah rame, mending masuk ke rumah, masuk ke warung, jangan keluar, kalau nggak mau jadi korban,” kata Yoyok.
Jika tak mengindahkan pemberitahuan yang entah dilakukan oleh siapa itu, maka warga yang masih nekat berada di jalanan akan mengalami resiko. Yoyok mengatakan, seorang karyawan restoran yang sama-sama bekerja dengan dirinya pernah nekat keluar setelah tiang listrik dipukul berkali-kali.
“Robek itu perutnya kena celurit orang yang tawuran, dijahit delapan,” kata Yoyok.
Dua pertanda itu menjadi lumrah bagi warga Menteng Atas dan Pasar Rumput. Mereka akan menghindar, masuk ke rumah masing-masing atau ke toko masing-masing untuk menyelamatkan diri dari lemparan batu ataupun serangan salah sasaran dari para pelaku tawuran.