Senin 27 Aug 2018 13:35 WIB

Erdogan: Masalahnya Bukan Soal Saya, Tapi Turki

Turki menjadi negara Mulim yang memiliki kontak langsung dengan Barat.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Presidential Press Service via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki, Recep Tayip Erdogan mengatakan, serangan terhadap dirinya bukan mengarah kepada dia, melainkan negara, Turki. Isu yang menguat di Turki, menurutnya mirip dengan upaya sebelumnya dalam menyerang Anatolia.

"Jangan lupa, Anatolia adalah dinding jika tembok ini runtuh. Tidak akan ada lagi Timur Tengah, Afrika, Asia Tengah, Balkan atau Kaukasus," kata Erdogan di provinsi tenggara Mus seperti dikutip laman Huuriyet Daily News, Senin (27/8)

Erdogan mengingatkan, peristiwa serangan semacam itu akan menyebabkan runtuhnya daerah sekitar. Beberapa orang, kata Erdogan, menganggap masalah ini adalah soal ia, padahal bukan. Ada juga yang menyebut persoalannya ada pada Partai Keadilan Pembangunan (AKP), padahal juga tidak.

"Tidak, masalah mereka adalah Turki. Masalahnya adalah Islam," kata dia.

Turki merupakan negara Islam. Menjadi warga Turki berarti dia adalah seorang Muslim. Oleh karena itu bangsa Barat mengincar Turki.

"Kami adalah satu-satunya negara dan bangsa yang memiliki kontak langsung dengan Barat tetapi masih dapat melindungi identitas dan kebebasan sendiri. Inilah sebabnya mengapa masyarakat yang tertindas sangat peduli tentang Turki sehingga mereka memiliki tempat bagi kita di dalam hati dan doa mereka,” kata Erdogan.

Pernyataan tersebut dikatakan Erdogan selama upacara memeringati ulang tahun ke 947 dari Pertempuran Manzikert (Malazgirt di Turki), di mana Turki Seljuk mengklaim kemenangan atas Kekaisaran Bizantium pada tahun 1071. Pertempuran pada 26 Agustus 1071 menandakan Seljuk Turks yang dipimpin oleh Sultan Alparslan mengalahkan tentara Bizantium dan memimpin jalan bagi orang Turki untuk mendominasi Anatolia.

Selama pidatonya pada Sabtu (26/8) kemarin, Erdogan juga memeringati pertempuran bersejarah dan meminta pemuda Turki untuk mengenangnya. “Kami telah menunjukkan seluruh dunia seperti apa bangsa kami. Anak muda! Lindungi warisan yang lahir di masa lalu, bergerak maju ke masa depan,” katanya.

Sehari sebelumnya, pada Jumat (25/8), Erdogan merilis pesan yang menandai peringatan pertempuran bersejarah tersebut. Dia menentang sejumlah serangan dari dalam dan luar pada waktu dulu. Orang-orang Turki, kata dia, telah singgah di tanah ini selama hampir 1.000 tahun berkat jiwa Manzikert.

Perlindungan terbesar Turki adalah tekad rakyat untuk melindungi kemerdekaan, tanah air dan masa depan warga Turki, bahkan dalam menghadapi serangan ekonomi.

“Seperti yang Anda tahu, di atas segalanya, kita akan menjadi satu. Kita akan menjadi besar, hidup dan bersaudara. Semua bersama bahwa kita akan menjadi satu Turki, dan jangan lupakan ini: Satu bangsa, satu bendera, satu tanah air dan negara," seru Presiden Turki itu.

Upacara di tempat pertempuran bersejarah di wilayah Manzikert juga dihadiri partisipasi Ketua Parlemen Binali Yildirim dan Ketua Partai Gerakan Nasionalis (MHP) Devlet Bahceli.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement