Jumat 31 Aug 2018 16:04 WIB

BI Tingkatkan Intervensi di Pasar Valas 

Siang ini, BI telah membeli Rp 3 triliun surat berharga negara dari pasar sekunder.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Petugas menata tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank Mandiri,Jakarta, Senin (23/7).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menata tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank Mandiri,Jakarta, Senin (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, komitmen BI sangat kuat dalam menjaga stabilitas ekonomi, terutama terkait nilai tukar rupiah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengintensifkan atau meningkatkan intensitas dalam melakukan intervensi selama dua hari terakhir. Hal ini diutamakan pada peningkatan volume intervensi di pasar valas.

Perry menambahkan, BI juga melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder. Dari Jumat (31/8) pagi hingga menjelang jam 11, BI telah membeli Rp 3 triliun. "Hampir semua yang dijual asing kita beli," tuturnya ketika ditemui di masjid kompleks BI, Jumat siang.

BI juga akan terus membuka lelang foreign exhange (FX) swap dengan target besar untuk memastikan kestabilan rupiah, yakni hingga 400 juta dolar Amerika Serikat. Perry berharap, realisasinya dapat lebih besar dari target.

Berbagai upaya ini disebutkan Perry bisa menjadi solusi jangka pendek. Dalam keseharian, BI telah melakukan langkah stabilisasi. Dalam melakukan berbagai upayanya, BI juga berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mewaspadai sejumlah resiko ke depan.

Perry tidak dapat memastikan sampai kapan penurunan rupiah terus terjadi. Menurutnya, hal paling penting saat ini adalah memastikan ekonomi Indonesia memiliki peraturan yang sehat dan pruden. "BI, pemerintah, sudah melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi kondisi ini termasuk mengatasi current account defisit (CAD)," ucapnya.

Perry meyakinkan kepada masyarakat, kondisi ekonomi Indonesia saat ini terbilang kuat dan tahan. Pemerintah akan terus mewaspadai apa yang terjadi di negara lain, khususnya Argentina. Diketahui, nilai mata uang peso Argentina mencapai rekor terendahnya dengan kembali anjlok 15 persen pada Kamis pagi waktu Argentina, yakni menjadi 39 peso per dolar AS.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (31/8) pagi tertekan 12 poin. Kurs rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 14.630 dibanding sebelumnya Rp 14.618 per dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement