REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Universitas Indonesia (UI) mengundang 250 siswa-siswi Sekolah Dasar dari 50 SD se-Jabodetabek untuk mengikuti program Kinder Uni (pengenalan sains untuk sekolah dasar) oleh para profesor dan guru besar dari UI selama satu Bulan.
"Program Kinder Uni yang dimulai pada tahun 2002 di Universitas Tubingen, Jerman, merupakan program kuliah dari profesor untuk anak-anak," kata Kepala Kantor Sekretariat Pimpinan UI, Devie Rahmawati, di Depok, Jumat (10/2).
Ia mengatakan setiap sekolah mengirimkan empat siswanya untuk menjadi peserta di UI. Ini adalah program kerja sama dengan Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) Jakarta. Kehadiran mereka didampingi 50 guru dari tiap sekolah dan para orang tua.
Berikut nama beberapa sekolah yang mengirimkan siswanya SD BPK Penabur, SD High Scope, SDN Depok, SD Beji 4 Depok, Regina Pacis, Santa Ursula, Daarul Quran Internasional, SDN Gunung Gede, SDN Dewi Sartika, SDN Kebun Jeruk, SDIT Bina Insan Kamil.
Menurut dia, di kegiatan yang berlangsung setiap Sabtu ini, para professor diuji kemampuannya untuk memaparkan konsep sains secara sederhana yang dapat dipahami dengan mudah para siswa kelas 4-6 SD tersebut.
Tema yang akan dibawakan antara lain 'Mengapa terjadi Gempa', 'Apa itu Uang dan Peranannya', 'Tantangan Masa Depan Umat Manusia', 'Mengapa kita perlu makan dan minum', 'Daerah Aliran Sungai.'
"Kegiatan dikemas semenarik mungkin, sehingga anak-anak akan terpancing untuk aktif mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik yang diberikan," ujarnya.
Dikatakannya, para professor diminta menjelaskan kepada anak-anak hal-hal yang dianggap sederhana seperti Mengapa 1+1=2?, Mengapa orang-orang tertawa karena mendengar lelucon.
Adapun para ilmuwan yang akan menjadi pengajar Kinder Uni di UI diantaranya Lepi Tamidi (FE UI), Asmarinah (FK-UI), Gumilar Rusliwa Somantri (FISIP UI), Hengky Ashadi (FT UI), Emil Budianto (FMIPA UI), dan para ilmuwan lainnya.
Lebih lanjut ia mengatakan proyek percontohan ini dimaksudkan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan ketertarikan akan berbagai macam bidang ilmu di tahap awal pembelajaran anak-anak, memperkenalkan universitas kepada anak-anak sebagai tempat belajar mereka kelak di masa depan.
Dengan tradisi oral yang kuat di negeri ini, perlu ada terobosan untuk merangsang budaya akademik (membaca, menulis dan berdiskusi yang produktif) kepada generasi muda. Kampus harus dicitrakan sebagai tempat yang menyenangkan dan dapat menggantungkan masa depan mereka.
Menurut dia dengan adanya gambaran profesi baru bahwa menjadi professor/ilmuwan adalah sebuah pekerjaan yang mulia dan menarik, semoga kelak, para generasi muda Indonesia, banyak yang ingin menempuh karir sebagai guru besar, untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan dan pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.