REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemenbdikbud) menilai pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2012 tingkat Sekolah Menegah Atas (SMA) pada 16-19 April kemarin cukup berhasil. Laporan kebocoran tidak terbukti. Selain itu, pengawasan UN juga dinilai cukup berhasil.
Berdasarkan data pengaduan UN 2012 menujukkan, sms merupakan jenis saluran terbanyak untuk pengaduan. Jumlah laporan melalui sms sebanyak 656, email 63, telepon 14, call center delapan dan yang paling sedikit via fax cuma satu. Total jumlah pengaduan UN 2012 sebanyak 837. Laporan pengaduan terbanyak terjadi pada 17 April 2012 sebanyak 390 laporan, sedangkan laporan terkecil terjadi pada waktu sebelum UN 13 April yaitu sebanyak 3.
Laporan pengaduan ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Pada 2011 jumlah pengaduan UN sebanyak 109, sedangkan pada tahun ini sebanyak 837. Isu kecurangan, kunci jawaban palsu dan spekulasi kebocoran naskah UN merupakan tiga jenis laporan yang paling banyak disampaikan masyarakat pada tahun ini.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh mengatakan, laporan mengenai kebocoran soal ternyata tidak terbukti. Sampai sekarang, pihaknya belum menemukan lembar naskah yang bocor. "Tapi kalau yang beredar kunci jawaban, siapa saja dapat membuatnya," kata Nuh di Jakarta, Jumat (20/4).
Nuh menilai UN masih sangat penting, karena dapat memotivasi siswa untuk belajar. Berdasarkan hasil survey terdapat 43,7 persen siswa merasa, UN sangat mendorong minat belajar. Sementara 35,4 persen siswa mengaku UN mendorong minat belajar, sedangkan 20,9 persen siswa mengaku UN tidak merasa terdorong niat belajar.
Berdasarkan hasil survey Kemendikbud, siswa merasa sangat cemas ketika menghadapi UN. Tapi Nuh masih menilai wajar kondisi tersebut. “Cemas itu wajar yang penting bisa mengelola stress itu dengan cara belajar," ungkapnya.
Menteri yang pernah menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi itu juga menilai, UN yang dijaga ketat aparat masih dalam taraf wajar. Menurut Nuh, naskah ujian merupakan dokumen negara yang sangat rahasia sehingga perlu dipastikan soal tersebut aman sampai tujuan.
Di tempat terpisah, Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), Aman Wirakartakusumah menyatakan, ada bebarapa hal yang perlu dievaluasi dalam ujian ini. Di antaranya kekurangan soal, soal yang tertukar dan lembar jawaban yang tidak dapat dibaca scanner.
Aman menjelaskan, percetakan sudah memenuhi standar security printing. Namun dalam pengepakan masih ditemukan kesalahan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kekurangan soal serta tertukarnya soal. Tapi masalah kekurangan soal diatasi dengan fotokopi.