REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswi Universitas Surabaya Maureen Florencia Dharmawan merancang tas dari pelepah palem, karena tertarik dengan pohon palem yang ada di rumahnya, dan tertantang dengan tugas akhir dari dosennya.
"Di rumah ada tujuh pohon palem jenis palem putri, tapi dua pohon di antaranya sudah ditebang ayah, karena itu saya akhirnya suka dengan tekstur palem, bahkan saya pernah menunggu sampai pelepahnya rontok pada pukul 02.00 WIB," katanya di kampus setempat, Rabu (13/8).
Mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk pada Fakultas Industri Kreatif Ubaya itu menjelaskan jenis pohon palem yang paling mudah ditemui ada tiga jenis yakni palem putri, palem raja, dan palem ekor tupai.
"Pelepah palem putri itu cokelat agak kemerahan, sedangkan palem raja itu berukuran lebih besar dan warnanya cokelat agak putih. Kalau palem ekor tupai itu cokelat agak kekuningan. Ketiganya saya pakai untuk membuat tas," katanya.
Namun, ia memaksimalkan warna putih dari palem raja dengan direndam pemutih selama 1-2 hari hingga menjadi cokelat matang, sehingga ada tiga pilihan warna pelepah palem yakni putih, cokelat, dan cokelat matang.
"Untuk membuat tas, saya membuat pola terlebih dulu, lalu potongan pola itu ditempelkan ke pelepah palem yang dikehendaki dengan lem kayu. Setelah itu, pola digunting dan pelepah yang sudah dipotong sesuai pola itu akhirnya dilem pada karton berukuran 2 mili," katanya.
Menurut alumni SMA Kristen Petra 5 Surabaya itu, pola yang sudah terpotong itu pun direkat dengan lem untuk menjadi beberapa model tas. "Ada yang dilapisi kulit sepatu dan diberi jahitan resleting, tapi proses menjahit itu tidak saya lakukan sendiri," katanya.
Tentang kendala pembuatan tas dari pelepah palem, ia mengatakan pelepah palem itu bisa menyusut, karena itu ukuran pola harus dipotong agak besar dari pola yang ada, sehingga bila terjadi penyusutan tidak akan mempengaruhi bentuk tas.
"Bentuk pola juga lebih geometrik, sebab bentuk bulat untuk potongan pelepah palem itu tidak terlalu bagus. Kalau semua bahan sudah jadi, maka saya tinggal merangkai. Untuk satu tas, biasanya dibutuhkan sekitar dua minggu untuk menyelesaikannya," katanya.
Untuk bahan pendukung agar menjadi sebuah tas yang unik di antaranya karton, kain, lem epoksi, dan kulit. "Konsepnya memang terinspirasi dari ArtDeco yaitu desain berunsur geometri," kata anak bungsu dari dua bersaudara itu.
Ditanya soal harga tas buatannya, ia mematok banderol dengan harga sekitar Rp400.000-an yakni Rp436,5 ribu untuk jenis cluecy, Rp426 ribu untuk jenis Tabby, dan Rp428 ribu untuk jenis Lola Bag. "Ke depan, saya berharap tas-tas itu akan dipamerkan melalui media sosial, pameran produk handmade, dan gerai-gerai toko untuk menarik konsumen," katanya, didampingi dosen pembimbing, Wyna Herdiana ST M.Ds.