REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Direktur Akademik dan Pendidikan Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Dradjat Martianto mengatakan, mulai 2015 IPB akan menggelar orasi ilmiah guru besarnya setiap bulan. Sesuai tradisi orasi di IPB, dalam satu kali penyelenggaraannya ada tiga guru besar yang berorasi.
"Ini artinya, selama tahun 2015 akan ada 36 guru besar IPB yang akan berorasi," ujarnya saat mengomandoi pelaksanaan orasi ilmiah tiga Guru Besar IPB di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga, Sabtu (6/12).
Dalam orasi kali ini, IPB mengkukuhkan Prof Dr Ir Erika Budiarti Laconi, MS dengan judul orasi Harmonisasi Kebijakan Integrasi Sapi-Perkebunan untuk Mendukung Kecukupan Daging, Prof Dr Ir Sedarnawati Yasni, M Agr dengan judul orasi Kontribusi Ilmu dan Teknologi Pangan dalam Pembangunan Nasional: Suatu Tinjauan Pemanfaatan dan Pengembangan Produk Ekstraktif Rempah yang Mendukung Program Pembangunan Bidang Pangan dan Kesehatan, dan Prof drh M Rizal Martua Damanik, MrepSc, PhD dengan judul orasi Kearifan Lokal Pemanfaatan Tanaman Torbangun (Coleus amboinicus Lou) dalam Pembangunan Gizi Masyarakat di Indonesia.
Dalam siaran pernya kepada ROL, Ahad (7/12) Oleh Rektor IPB, Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto, MSc, Prof Erika dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Peternakan, Prof. Rizal dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia, dan Prof. Sedarnawati dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian.
Riset Prof Erika fokus pada pengembangan ternak sapi pedaging melalui sistem integrasi di kawasan perkebunan kelapa sawit. Selain itu potensi produk sampig perkebunan dan pengolahan hasil kelapa sait, kkao dan kelapa memiliki kekayaan nutrisi dan ekonomi sebagai penghasil sumber bahan pakan ternak sapi pedaging. Hal ini dapat mendukung program penggemukan dan pembibitan ternak sapi pedaging untuk menunjang kecukupan daging.
Sementara riset Prof Rizal fokus pada pemanfaatan torbangun, baik untuk meningkatkan produksi ASI maupun pengobatan penyakit. Produksi ASI yang tidak mencukupi dapat diatasi dengan konsumsi daun torbangun yang mempunyai efek laktagogum. Torbangun merupakan kekayaan alam dan kearifan lokal yang perlu dijaga kelestariannya.
Adapun riset Prof Sedarnawati fokus pada tanaman rempah dan herbal terutama temulawak dan lempuyang, yang dilakukan sejak tahun 1988 hingga tahun 1993. Komponen aktif temulawak berperan dalam proses metabolisme lemak, berpengaruh terhadap kondisi hipokolesterolemia dan hipotrigliseridemia, metabolisme kolesterol di dalam hati, efektif mengobati diare, mencegah kanker kolon dan meningkatkan sistem imun. Minyak atsiri yang terkandung dalam temulawak menghambat sintesis asam lemak penyebab timbulnya kolesterol dan trigliserida.