REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai menyosialisasikan kampus bebas kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (BBM). Rektor IPB, Herry Suhardiyanto mengatakan program 'Transportasi Hijau' ini mulai dilaksanakan sejak 1 September 2015 pukul 16.00-18.00 WIB di Auditorium Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Herry mengatakan, berdasarkan diskusi dengan Tim Implementasi, pihak kampus memberlakukan tarif penggunaan mobil listrik dengan metode pembayaran nontunai atau tap cash. Tarif yang akan diterapkan belum mendapatkan angka pasti, namun tidak akan lebih dari tarif ojek yang selama ini berlaku di kampus.
"Kebijakan tarif tersebut bukan diambil dari kelayakan, namun diambil dari ukuran kepantasan dengan didasarkan pada tarif ojek di kampus" kata Herry dalam rilis yang dikirimkan BEM-KM IPB, Kamis (3/9).
Pendapatan tarif tersebut tidak akan dijadikan keuntungan untuk IPB ataupun anak usahanya, PT Bogor Life Science and Technology (BLST), melainkan untuk memberikan gaji bagi pengemudi mobil listrik yang sebelumnya merupakan tukang ojek sekitar kampus.
Untuk biaya operasional, seperti charging mobil listrik, kata Herry semuanya akan ditanggung IPB. IPB memberikan tugas kepada BLST untuk mengelola transportasi hijau di kampus. "Tujuannya bukan bisnis atau investasi, sehingga BLST tidak akan mendapatkan keuntungan finansial dalam bentuk apapun," tegasnya.
Pada tahap awal, kendaraan yang dilarang masuk ke kawasan IPB adalah motor, dilanjutkan kendaraan roda empat. Kendaraan bermotor tersebut akan diparkir secara terpusat di sekitar Graha Widya Wisuda (GWW), areal Resimen Mahasiswa, dan Green TV.
Mahasiswa bisa menggunakan bus, sepeda, atau mobil listrik. IPB menyediakan sekitar 900 unit sepeda, 44 unit mobil listrik, dan 20 bus berbahan bakar gas. Shelter peminjaman sepeda beroperasi sepanjang pukul 06.00-20.00 WIB.