REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang Wiwid Adi Saputro membuat alat pendeteksi banjir dengan sistem pengiriman peringatan melalui pesan singkat (SMS). Alat pendeteksi banjir karyanya itu merupakan salah satu yang dipamerkan pada "Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Karya Dosen Perguruan Tinggi dan Balitbangda.
Wiwid yang berkuliah di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Unissula itu menjelaskan, memulai proyek alat pendeteksi banjir itu dengan membuat prototipe yang menelan biaya Rp 4 juta. Ia menjelaskan, cara kerja alat pendeteksi banjir itu adalah mendeteksi ketinggian air sesuai tingkat yang diinginkan dan jika sudah melampaui batasan ketinggian akan mengirimkan SMS kepada pengguna.
"Jadi, bisa disetel ke nomor pengguna, misalnya, petugas pengendali banjir. Begitu ketinggian air melebihi batas yang ditentukan akan mengirimkan peringatan melalui SMS," kata mahasiswa angkatan 2011 itu.
Namun, kata dia, kegunaan alat itu bukan hanya mendeteksi banjir, melainkan disetel pula untuk melakukan penanganan, yakni dihubungkan dengan pompa air yang langsung menyedot air yang melebihi batas. Alat ini sudah diaplikasikan di PT Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP). Namun, dia masih mangalami kendala pada penanganan karena harus menyesuaikan pompa air yang dioperasikan.
Menurut dia, langkah penanganan berjalan optimal apabila pompa air yang digunakan bertenaga listrik meski sebenarnya bisa diatur untuk berbagai jenis pompa, termasuk berbahan bakar bensin dan solar. "Makanya, kami masih terus meriset menyesuaikan model pompa air yang digunakan di PRPP, yakni pompa air diesel berbahan bakar solar. Biaya pembuatan alat ini yang siap aplikasi sekitar Rp 11 juta," kata dia.