Ahad 05 Feb 2017 15:20 WIB

Skill Alternatif untuk Mahasiswa Prodi Agama

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Foto: Republika/Damanhuri Zuhri
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peminat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) setiap tahun terus bertambah. Namun, beberapa program studi (prodi) keagamaan seperti Filsafat Agama, Ilmu Hadis dan Perbandingan Agama tetap menjadi prodi yang paling sedikit diminati.

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dede Rosyada mengatakan, peminat Prodi Filsafat Agama, Ilmu Hadis dan Perbandingan Agama di UIN Jakarta tidak menurun atau naik sejak beberapa tahun terakhir. Memang, katanya, peminat prodi tersebut selalu paling sedikit di banding prodi lainnya sejak 2015.

Akan tetapi, untuk masuk ke prodi tersebut masih ada seleksi. "Artinya untuk mengambil 40 mahasiswa, ada pelamar 200 (mahasiswa), jadi tidak terlalu banyak kompetitifnya," kata Prof Dede kepada Republika, Ahad (5/2).

Ia menerangkan, di UIN Jakarta yang persaingan untuk masuknya paling sedikit ada di Prodi Ilmu Tasawuf dan Filsafat Agama. Kalau Prodi Ilmu Tafsir masih cukup banyak peminatnya sehingga persaingannya pun cukup ketat. Misalkan UIN mengambil 40 mahasiswa, yang mendaftar sampai 400 mahasiswa.

Berbeda dengan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), UIN mengambil 100 mahasiswa yang mendaftar sampai 1.500 mahasiswa. Kalau prodi-prodi lainnya memang naik drastis sejak 2015. Pelamar ke UIN Jakarta pada 2016 sampai 127 ribu orang, yang diterima 5.000 orang.

Dede menjelaskan, penyebab sedikitnya peminat pada Prodi Ilmu Tasawuf dan Filsafat Agama, karena mahasiswa sekarang lebih pragmatis. Mereka lebih memilih prodi yang dinilai memiliki banyak prospek kerja. Prodi Ilmu Tasawuf dan semacamnya dinilai tidak banyak memiliki prospek kerja.

"Makanya, saya memulai memberikan tambahan kursus yang bersertifikat untuk menambah skill mahasiswa," ujarnya.

Memberikan kursus tambahan sebagai upaya yang dilakukan UIN Jakarta. Tujuannya, agar mahasiswa yang memilih Prodi Ilmu Tasawuf dan Filsafat Agama memiliki skill alternatif. Artinya, diberikan kursus di luar kurikulum sekitar 24 SKS. Seperti kursus akuntansi, jurnalistik, jaringan internet dan lain sebagainya.

Diterangkan Dede, sebenarnya siapapun dengan ilmu apapun bisa menjadi seseorang asal bisa membawakan diri di dalam dunia profesi. Tapi tidak semua orang bisa seperti itu. "Makanya UIN memberikan sertifikat keahlian agar mahasiswa bisa masuk ke pasar kerja," jelasnya.

Hal tersebut juga dijamin oleh Perpres Nomor 8 Tahun 2012. Jadi, untuk ilmu murni yang tidak punya linier market, maka diberikan surat keterangan pendamping ijazah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement