REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendidikan tinggi wajib menjamin adaya relevansi antara keterampilan lulusannya dengan dunia kerja sesuai bidangnya masing-masing. Karena itu kurikulum perguruan tinggi mesti selaras dengan kebutuhan pembangunan ekonomi nasional.
Hal itu disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir pada acara Wisuda Sarjana dan Seminar Nasional Sekolah Tinggi Agama Islam Khozinatul Ulum Blora di Blora, Ahad (16/9).
"Semoga pendidikan tinggi di pondok pesantren bisa terus maju, berkembang dan berkualitas, tidak hanya di pendidikan agama saja tapi dipendidikan lain juga. Diharapkan tidak cukup hanya mendidik sebagai lulusan tapi sebagai lulusan yang berkualitas," kata Nasir melalui siaran pers.
Dia mengungkapkan, menghadapi revolusi industri 4.0 tantangan bangsa semakin sulit. Karena itu menurut dia, semua pihak harus mulai dengan cara open mind, open heart dan open willing dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Nasir juga tambahkan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia mengalami tranformasi dari ekonomi berbasis pada alam, menjadi ekonomi berbasis pada iptek. Selain itu dia juga menekankan pentingnya pemerataan kualitas, sarana dan prasana di pendidikan tinggi. Yang dia yakini, mampu mendorong pembangunan manusia serta masyarakat madani dan modern.
"Makanya tentu untuk perguruan tinggi yang kecil itu kami dorong merger. Agar kualitas pendidikannya bagus," tegas dia.