REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Penghargaan Dan Sayembara Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Nasional Ruben Tangido mengatakan, sebaiknya pemerintah memberikan kesempatan bagi difabel apapun termasuk tuna netra, tuna rungu, tuna wicara untuk mengikuti SNMPTN maupun ujian lainnya masuk perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Arsitektur, ujar Ruben, identik dengan visual dan bentuk. Walaupun kalau bentuk sebenarnya juga bisa diraba.
"Bagi saya, sebenarnya tuna netra tidak masalah untuk ikut seleksi SNMPTN masuk arsitektur. Nanti terserah personalnya mampu atau tidak mengikuti seleksi dalam pendidikan," kata Ruben di Jakarta, Rabu, (12/3).
Sebenarnya, terang Ruben, tuna netra itu tipenya bermacam-macam. Ada yang buta total, namun ada juga yang rabun tingkat berat sehingga masih bisa melihat walaupun sedikit.
"Saya kira penyandang yang rabun tingkat berat masih bisa masuk arsitektur. Diberi saja kesempatan, nanti lulus atau tidak, setidaknya mereka diberi kesempatan,"kata Ruben.
Pada dasaranya, terang Ruben, pemerintah sebaiknya memberi kesempatan bagi difabel untuk ikut seleksi dulu. "Saya yakin di setiap kekurangan seseorang ada kelebihan, tinggal bagaimana menjalankannya,"terangnya.
Dulu, ujar Ruben, ada tuna rungu yang jadi arsitek. Bahkan dia malah menerbitkan buku, ini artinya difabel juga memiliki kemampuan. "Selama mampu kenapa tidak? Beri saja kesempatan,"kata Ruben