Ahad 20 Apr 2014 06:40 WIB

Dewan Pendidikan: Ganti Naskah UN dengan Sistem Elektronik

Naskah UN
Naskah UN

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Dewan Pendidikan Kota Medan, Dr Mutsohito Solin, MPd berpendapat, sudah saatnya pelaksanaan ujian nasional (UN) di negeri ini memberikan perubahan yang cemerlang, dengan cara mengganti naskah kertas menjadi sistem elektronik.

"Sehingga kegiatan UN ke depan diharapkan semakin lebih berkualitas, efektif, efisiensi, biaya murah dan tidak terlalu merepotkan Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di tanah air," katanya di Medan, Sabtu (19/4), saat dimintai komentarnya mengenai pelaksanaan UN SMA Tahun 2014.

Mutsohito mengatakan, pelaksanaan UN sistem elektronik ini, sudah banyak digunakan oleh negara-negara yang sudah maju, seperti Singapura dan hal ini memberikan peningkatan bagi dunia pendidikan.

Oleh karena itu, ujarnya, sistem UN yang dilaksanakan negeri "Singa" itu, juga perlu ditiru Indonesia, sehingga perkembangan pendidikan di tanah air ini juga semakin maju dan lebih baik lagi.

"Apa yang diperbuat Negara Singapura untuk memajukan pendidikan di negeri itu, juga perlu dicontoh Indonesia, asalkan untuk tujuan kebaikan dan bukan merusak," ucap Mutsohito.

Bahkan, jelasnya, sistem metode belajar di Singapura lebih banyak menggunakan perangkat computer yang canggih, yakni pelajaran bahasa, dan praktik mata pelajaran lainnya.

Indonesia perlu belajar lebih banyak dengan Singapura dalam membangun dan mengelola pendidikan, sehingga dapat sejajar negara-negara yang telah maju tersebut. Bahkan, katanya, warga Indonesia juga banyak yang menimba ilmu di Singapura, dan hal ini membuktikan bahwa pendidikan di negeri jiran tersebut masih dipercaya, serta berkualitas.

"Tidak salah, kita perlu banyak meniru sistem pendidikan di Singapura yang sesuai dengan khasanah dan budaya yang ada di Indonesia," ujar staf pengajar pada Universitas Negeri Medan (Unimed).

Mutsohito menjelaskan, sistem UN di Indonesia sangat repot dan banyak mengeluarkan anggaran dan sering terjadi masalah, seperti UN SMA tahun 2013 ditunda, karena naskah soal yang dicetak perusahaan percetakan bermasalah.

Belum lagi pengiriman naskah UN dari Pulau Jawa tujuan Provinsi Sumut dibawa truk container dan harus mendapat pengawalan ekstra ketat dari aparat kepolisian. Begitu juga, pelaksanaan UN SMA tahun 2014 ini, banyak naskah soal yang tertukar di sejumlah kabupaten/kota, sehingga terpaksa dilaksanakan ujian susulan.

"Inilah salah satu kelemahan pelaksanaan UN SMA yang menggunakan naskah kertas, dan juga penjagaan terhadap dokumen negara tersebut, agar tidak terjadi kebocoran dan lain sebagainya," kata Mutsohito.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement