Kamis 01 May 2014 16:37 WIB

Risma: Jangan Sampai Peserta UN SMP Halalkan Segala Cara

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Fernan Rahadi
Tri Rismaharini
Foto: Republika/Agung Supriyanto;
Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kasus kebocoran kunci jawaban soal Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Surabaya, Jawa Timur (Jatim) beberapa waktu lalu membuat Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengumpulkan kepala sekolah Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Surabaya, Kamis (1/5).

 

Risma memang sengaja mengumpulkan kepala sekolah SMP se-Surabaya dengan tujuan agar kebocoran kunci jawaban UN di tingkat SMP tidak terjadi. Dengan tegas Risma meminta kepada seluruh kepala sekolah yang hadir untuk tidak memaksakan anak didiknya memperoleh nilai bagus dengan jalan tidak benar.

Ia mengajak agar para kepala sekolah merenung apa yang sebenarnya yang dicari. Menurutnya, UN bukanlah akhir dari segalanya. Pihaknya tidak ingin peserta didik hanya berhenti sekolah di tingkat SMP.

‘’Jadi kelulusan UN tidak dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Jangan biasakan mereka mendapatkan nilai bagus didapat melalui jalan pintas supaya bisa lulus,’’ ujarnya dihadapan kepala sekolah SMP se-Surabaya, Kamis.

Kalau hal itu dibiasakan sejak sekarang, lanjut Risma, dampaknya mereka pasti tidak mau bekerja keras dan sangat tergantung dengan orang lain. Apalagi siswa-siswa itu harus dihadapkan dengan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dimana pekerja asing akan membanjiri Indonesia.

Salah sedikit menyiapkan kualitas anak didik, kata Risma, mereka pasti  akan kalah bersaing dengan sumber daya manusia (SDM )asing. Padaha ia ingin anak Indonesia khususnya Surabaya bisa menjadi pemimpin di kotanya atau dunia.

‘’Saya tidak mau anak Surabaya menjadi pekerja sedangkan pemiliknya orang asing. Jangan sampai itu terjadi,” katanya.

Untuk itu, Risma meminta agar sekolah memberikan mereka gambaran kalau tahun-tahun mendatang mereka akan bersaing dengan negara lain. Risma juga berpesan kepada seluruh kepala sekolah untuk mengajak guru dan siswa tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Karena pada akhirnya, siswa yang curang itu bisa terancam dijerat sanksi hukum.

Sejak sekarang, kata Risma, anak-anak harus diajarkan bekerja keras mencapai mimpinya. Ini karena setiap siswa memiliki kelebihan masing-masing. “Jika anak-anak kita diajarkan bekerja keras dan ulet, maka mereka tidak akan mudah menyerah. Mari kita arahkan anak kita dan tunjukkan jalan benar,” ujarnya.

Menjelang UN yang digelar mulai Senin (5/5) besok, Risma juga mengimbau agar pihak sekolah jangan terlalu memberikan beban kepada siswa. Sehingga saat pelaksanaan UN, para siswa bisa konsentrasi dalam mengerjakan soal UN. Jika ada peserta UN yang putus asa, kata dia, sekolah harus mampu membangkitkan kembali semangatnya. Terlebih, visi dan misi semua sekolah diyakininya sama yakni mencipatakan anak –anak Surabaya yang berkualitas secara intelektual dan mental.

‘’Kemudian mendekati UN saya minta kepala sekolah dan guru untuk mengawasi psikologi siswa supaya mereka siap menghadapi UN. Kondisi para siswa itu kan labil,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement