REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, saat ini jumlah SMP reguler memang sudah banyak dibangun di mana-mana. Namun ada anak-anak yang tinggal di wilayah terpencil di mana tidak memungkinkan mereka untuk belajar di SMP reguler karena jaraknya yang sangat jauh dari tempat tinggalnya yang terpencil.
Selain itu, ujar Hamid, ada juga anak-anak yang saat siang harus membantu keluarganya mencari nafkah. Sehingga mereka tidak bisa ikut belajar di SMP reguler. "Untuk anak-anak yang berada di daerah terpencil atau kurang mampu, mereka membutuhkan pendidikan dengan program kesetaraan. Program kesetaraan itu adalah paket B dan SMP Terbuka,"kata Hamid di Jakarta, (1/9).
Jika tidak ada program kesetaraan, ujar Hamid, maka terdapat sekitar 300 ribu siswa usia SMP yang tidak terakses pendidikan lanjutan. Anak-anak ini harus diperhatikan keberadaannya. Memang, kata Hamid, jumlahnya tidak begitu banyak. Namun anak-anak ini tetap harus dilayani sebab mereka mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan.
"Jangan hanya karena alasan geografis dan ekonomi tidak memungkinkan mereka belajar di SMP reguler, mereka tidak sekolah. Makanya mereka diberikan kesempatan belajar melalui program paket B dan SMP Terbuka,"ujar Hamid.
Kemendikbud, kata Hamid, berkerja keras untuk terus memberikan layanan pendidikan kesetaraan. Semua anak Indonesia harus bisa mengakses pendidikan dengan baik walau apapun kondisinya, tidak boleh ada alasan geografis atau ekonomi yang menghalangi.