REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pemerintah Provinsi Riau mengumpulkan 3.647 macam warisan budaya, termasuk kesenian dan bahasa, untuk dijadikan pelajaran muatan lokal di sekolah.
"Pelajaran muatan lokal yang diajarkan di setiap sekolah tidak akan sama, melainkan disesuaikan dengan kebudayaan yang ada di daerahnya," kata Kepala Dinas Pendidikan Riau Dwi Agus Sumarno di Pekanbaru, Selasa.
Pemerintah Provinsi Riau terus menggali kekayaan warisan budaya, termasuk kesenian dan bahasa yang ada di "Bumi Lancang Kuning" tersebut, untuk dipelihara melalui pelajaran di sekolah.
Hingga saat ini, katanya, diperkirakan masih banyak yang belum terkumpulkan. Ia mengharapkan keberadaan kebudayaan yang ada hingga ke pelosok desa di 12 daerah kabupaten dan kota di Riau dapat digali untuk diajarkan kepada generasi penerus.
Dia mengatakan pemerintah setempat juga memberi peluang bagi para sastrawan, seniman, dan budayawan untuk dapat berpartisipasi dalam mengembangkan pembelajaran muatan lokal bagi siswa di sekolah.
"Jika memang ada potensi dan kesepakatan, tentu saja kita bisa melibatkan mereka (sastrawan, red.)," katanya menanggapi pertanyaan wartawan di sela Pekan Bahasa se-Sumatera, 9-14 September, di Pekanbaru. Dia membantah terkait dengan isu penghapusan muatan lokal di sekolah.
Ia menyatakan mata pelajaran tersebut harus diajarkan kepada siswa sebagai langkah untuk mempertahankan kebudayaan.
Bahkan, katanya, pentingnya muatan lokal di sekolah juga menjadi upaya pemerintah setempat dalam mewujudkan rencana untuk menjadikan Riau sebagai pusat serta gerbang sastra Melayu.
"Bukan penghapusan, namun pelajaran muatan lokal harus disesuaikan dengan lingkungan siswa, karena setiap daerah, bahkan sampai ke tingkat kecamatan memiliki kebudayaan dan bahasa yang berbeda," katanya.