REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Dugaan terhadap aliran Isa Bugis di SMP Proklamasi Parung perlu menjadi perhatian khusus kementerian pendidikan.
Hal ini disampaikan Wakil Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnain. Ia menyebutkan aliran Isa Bugis sudah dikatakan sesat sejak tahun 1980-an. Aliran tersebut lahir tahun 1926 di kota Bakhti Aceh Pidie.
Tengku Zulkarnain mengatakan aliran Isa Bugis di Indonesia sudah minoritas. Tapi, tidak menutup kemungkinan aliran ini bisa hadir kembali. Buktinya di SMP Proklamasi Parung Kabupaten Bogor, aliran ini muncul kembali.
Ciri khas aliran ini, selalu ingin menerjemahkan dan menganalisa agama islam berdasarkan teori pertentangan antara dua hal. Seperti ideologi komunis dengan kapitalis, antara nur dan Zhulumat.
Ia berusaha mengilmiahkan agama dan kekuasan dan menolak semua hal yang tidak masuk akal. Selain itu, aliran Isa Bugis banyak diikuti oleh kaum intelektual yang cenderung menggunakan akal dan pikiran. Aliran ini selalu menolak mukjizat para nabi, seperti mukjizat nabi Musa yang membelah lautan dengan tongkat, ataupun nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail.
Menurut aliran ini semua mukjizat nabi tersebut adalah dongeng. Selain itu dalam bidang keilmuan, Isa Bugis menyebutkan Ilmu Fiqih, ilmu tauhid dan sejenisnya adalah syirik. Ulama yang mengajarkan ilmu ini dalam Isa Bugis harus diasingkan. Contoh dalam ajarannya seperti Air zam-zam di Mekkah adalah air bekas bangkai orang arab.
Dalam penafsiran Alquran, aliran ini selalu menyimpang dari yang seharusnya. Seperti tafsir surah Al fill ayat satu, dalam versi Isa Bugis dikatakan “ Tidakkah engkau Muhammad memperhatikan bagaimana tuhan menghancurkan pasukan altileri yang membawa persenjataan berat (meriam, Tank baja, panser). Karena bagi Isa Bugis, sangat tidak mungkin gajah bisa hidup di daerah arab saudi yang tandus yang tidak ada daunan dan rumput sebagai makanan.
Tengku Zulkarnain menyebutkan ada 300 aliran sesat dalam agama islam yang tersebar di seleruh pelosok Indonesia. Peringkat pertama ditempati oleh aliran Ahmadiyah yang sekarang sudah minoritas. Sebanyak 300 aliran tersebut sudah minoritas, tapi ajaran mereka masih berkemungkinan menyebar. “Kalau ketemu lapor polisi saja, biar ditangkap,” ujar Zulkarnain.