REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Literasi keuangan untuk pelajar di jalur formal penting untuk dimulai. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun menyusun buku bertajuk "Mengenal Otoritas Jasa Keuangan dan Industri Jasa Keuangan" untuk diajarkan kepada siswa sekolah menengah pertama (SMP) se-Indonesia. Rencana ke depan, materi-materi dalam buku akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan formal.
"Tapi saat ini belum, kita sedang dalam tahap uji coba, mengukur keberhasilan dan apa saja yang mesti diperbaiki hingga akhir 2015," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, Senin (23/2).
Sebelumnya, untuk uji coba tingkat SMA, OJK telah melakukannya terhadap 1270 SMA se-Indonesia. Teknis penyampaian materi di sekolah, kata dia, literasi keuangan akan dimasukkan dalam kegiatan ekstrakulikuler. Pelajar akan mulai dikenalkan soal OJK dan lembaga keuangan lainnya serta ditanamkan pengetahuan soal bagaimana mengelola uang secara bijaksana.
Para pelajar, kata dia, tidak akan semerta-merta disinggungkan dengan bank secara langsung. Tapi akan dibuat semacam lab khusus keuangan. Dengan begitu, mereka dengan sendirinya akan memiliki kesadaran menabung dan mendatangi layanan keuangan secara mandiri.
Selain akan dimasukkan ke dalam kurikulum formal, materi literasi keuangan OJK juga direncanakan untuk dijadikan salah satu bahan untuk Ujian Nasional (UN). Hal tersebut diutarakan Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Sri Rahayu Widodo. "Jadi ini bukan mata pelajaran baru. Ini adalah pelengkap mata pelajaran yang sudah ada," katanya.
Dikatakannya, literasi keuangan tingkat SMP akan diujicobakan terhadap 1521 SMP di seluruh Indonesia. Sama halnya untuk tingkat SMA, buku ini dimasukkan sebagai materi pengajaran untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7, 8 dan 9. Nantinya, tim kurikulum di kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) akan melihat bagaimana efektivitas penyampaian materi di buku.