REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementrian Riset dan Teknologi-Pendidikan Dikti (Kemenristek-Dikti) melakukan penonaktifan terhadap sejumlah universitas di Indonesia. Dua di antaranya terdapat di Makassar, yaitu Universitas Indonesia Timur (UIT) dan Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI).
Mahasiswa UIT, Arini Pratiwi menuturkan, cukup kecewa dengan pihak manjemen kampus yang membuat kampusnya di nonaktifkan oleh Dikti. Pasalnya, dengan di nonaktifkan Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) maka nama mahasiswa tidak bisa terpantau di Dikti.
"Bukan hanya nama kami, bisa jadi nama alumni yang membutuhkan data dari PDPT juga tidak bisa terlihat karena penon-aktifan ini," ungkap Arini, Selasa (22/9).
Ketua BEM UIT ini berharap pihak manajemen Universitas dan yayasan bisa segera mencari solusi terbaik untuk perbaikan PDPT di Dikti. Jika permasalah rasio dosen dan mahasiswa yang tidak berimbang, Arini berharap pihak Universitas bisa menambah jumlah dosen, karena tidak mungkin mengurangi mahasiswa dalam masa perkualiahan.
"Kalau bisa pihak Kopertis, Dikti dan Kampus duduk bersama untuk penyelsaian ini. Jangan sampai pendidikan kami diterlantarkan seperti ini. Kan sudah tugas negara untuk mencerdaskan bangsa," papar Arini.
Berbeda, mahasiswa UVRI menanggapi santai penonaktifan kampusnya oleh Dikiti. Sarjan, mahasiswa jurusan teknik pertambangan, menjelaskan tidak kaget dengan kinerja Dikti terhadap kampus dua kampus UVRI.
"Saya rasa masih karena permasalahan pemecahan kampus UVRI yang akan dibagi jadi dua. Itulah yang jadi masalah di (PDPT) bagi UVRI," ungkap Sarjan.
Koordinator Hubungan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UVRI ini mengakui, pihak mahasiswa tetap mendukung pihak birokrasi yang saat ini tengah dilakukan oleh manajemen UVRI. Sarjana pun berharap mahasiswa yang lain juga tak terlalu mengambil sikap keras terhadap kasus ini. Sebab, dia optimistis pihak kampusnya akan segera menyelesaikan permasalahannya.