Selasa 03 May 2016 09:00 WIB

Satu Peserta Difabel Bakal Ikuti UN SMP Kota Bekasi

Rep: C38/ Red: Achmad Syalaby
Para peserta difabel mengerjakan soal SBMPTN di Kampus ITB, Jl Ganeca, Kota Bandung, Selasa (9/6). (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Para peserta difabel mengerjakan soal SBMPTN di Kampus ITB, Jl Ganeca, Kota Bandung, Selasa (9/6). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Ujian Nasional tingkat SMP 2016 Kota Bekasi akan diikuti oleh satu peserta berkebutuhan khusus (difabel). Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Rudi Sabarudin mengatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah persiapan guna mendukung keberhasilan UN SMP tahun ini.

"UN SMP persiapannya sudah semua, untuk waktu bongkar soal tanggal 7 atau 8 Mei menunggu dari provinsi," kata Rudi, kepada Republika, Selasa (3/5). Untuk mengantisipasi kebocoran, Rudi mengatakan Disdik sudah mempunyai satu pakta integritas yang ditandatangani bersama oleh seluruh sekolah di Kota Bekasi. 

Setiap pengawas UN di sekolah-sekolah yang ada sudah menandatangani pakta integritas sehingga kebocoran dapat dihindari. Rudi juga meminta peserta UN tidak mempercayai kunci jawaban yang beredar karena kunci jawaban tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya. 

Rudi menambahkan, kendati ada kekhawatiran, pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi sejak awal. Menurut dia, pengamanan pihak berwenang dilibatkan dalam proses pengiriman dan pembongkaran soal UN untuk menjaga kerahasiaan. 

UN SMP di Kota Bekasi akan diikuti sebanyak 30.403 siswa pada 9 Mei mendatang. Tahun ini hanya ada satu SMP swasta di Kota Bekasi yang menyelenggarakan UNBK karena sekolah-sekolah lain dinilai masih minim infrastruktur. Tak kurang dari 37 sekolah masih menginduk ke sekolah lain dalam penyelenggaraan UN karena berbagai keterbatasan. 

Kadisdik menambahkan, ada satu peserta UN berkebutuhan khusus dari SMP N 27 Kota Bekasi. Peserta tersebut akan diperlakukan sama seperti siswa-siswa lain. "Diperlakukan sama, karena saat kegiatan belajar mengajar siswa tersebut juga dapat diperlakukan sama. Sementara dari pengalaman yang lalu-lalu tidak perlu guru pendamping," kata Rudi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement