REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) meminta para dosen dan tenaga kependidikan untuk berkinerja baik menyusul semakin semakin langka dan mahalnya profesi itu pada masa yang akan datang.
"Dalam jangka waktu empat tahun ke depan, terdapat 10.000 dosen yang akan pensiun. Padahal dalam dua tahun ini, hampir tidak ada perekrutan dosen yang baru, artinya profesi dosen dan tenaga kependidikan semakin langka," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti di Bandung, Sabtu (29/10).
Dia menjelaskan dalam waktu dua tahun terakhir, hampir tidak ada pembukaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk dosen, padahal kebutuhannya cukup mendesak. "Memang ada tenaga dosen di perguruan tinggi negeri baru sebanyak 5.350 orang. Ini sedang digodok aturannya, bagaimana caranya mengangkat mereka sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja," kata dia.
Aturannya bisa melalui peraturan presiden maupun menteri. Untuk mengangkat dosen dan tenaga kependidikan di perguruan tinggi baru menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, maka setidaknya memerlukan dana sebesar Rp300 miliar setahun.
"Umumnya mereka ingin menjadi PNS, karena alasannya lebih terjamin. Tapi sampai sekarang belum ada rekrutmen untuk dosen," lanjut dia.
Dia mengatakan kondisi dosen harus berkembang, tidak hanya kualitas tetapi juga jumlahnnya. Rasio dosen, lanjut Ghufron, akan mempengaruhi kualitas pendidikan. "Memang ada kabar, akan dibuka formasi sekitar 1.500 untuk dosen, tetapi masih belum pasti juga."
Menurut dia, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mengembangkan kualitas dosen yang ada sehingga lebih baik lagi kompetensinya. Kurangnya tenaga dosen, sedikit banyak akan mempengaruhi daya saing bangsa pada persaingan global.