REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Universitas Krisnadwipayana (Unkris) mengirimkan 8 dosen muda ke Malaysia untuk belajar. Delapan dosen muda tersebut mengikuti program Academic Recharging.
“Akan ada beberapa tahap program Academic Recharging atau refreshment untuk dosen-dosen muda di kampus. Pada tahap awal atau pertama ini sebagian dosen sejumlah 8 orang ditempatkan selama 1 bulan di Universiti Utara Malaysia (UUM). Mereka akan belajar dan didampingi oleh mentor professor, kemudian bekerja menulis artikel ilmiah untuk meningkatkan publikasi akademik,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik Unkris Dr Guswandi, Selasa (26/9).
Guswandi mengatakan pihak Universiti Utara Malaysia yang diwakili oleh Dekan Sekolah Pascasarjana GSGSG Prof Kamarulnizam Abdullah dan wakilnya Assoc Prof Badariah Hj Din menyambut baik kerjasama dengan Unkris dalam meningkatkan kualitas akademik bagi dosen.
Menurut Guswandi, cita-cita dan visi mendasar dari Unkris adalah memajukan pilar akademik sehingga diperlukan reformasi dan transformasi sistem akademik yang tidak hanya bertumpu pada aspek pengajaran saja. “Penelitian dan pengabdian adalah suatu paket yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas kelembagaan akademik dari pendidikan tinggi, oleh karena itu diperlukan langkah-langkah segar dan progresif untuk memberikan nuansa dan gerak kemajuan baru bagi Unkris lewat program seperti ini,” kata Guswandi.
Tahap dan proses berikutnya, lanjut Guswandi, yakni mengembangkan jaringan dan realisasi peningkatan program kerjasama dengan universitas berkelas di Australia, Jepang, Jerman, Korea, Jerman, Belanda dan di beberapa universitas terbaik di Scandinavia dalam memberikan transfer pengalaman mereka atas capaian riset, pengajaran dan publikasi kepada dosen-dosen Unkris berikutnya.
Guswandi berharap pilar akademik yang tengah dan ingin ditegakkan oleh Unkris ke depan menjadi satu tujuan bersama ini sepatutnya dapat terlaksana dengan baik. "Untuk dapat menuju pada arah dan penegakkan pilar tersebut, sebagaimana juga hal demikian menjadi target pimpinan tertinggi universitas maka semua elemen civitas akademika diajak berpikir dan bekerja di luar kebiasaan," ujarnya.
Guswandi menambahkan, universitas mempunyai kedudukan utama pada pengelolaan dan penyediaan sumber daya manusia yang bermutu dan mutu tersebut sangat tergantung pada adanya tenaga pengajar atau dosen yang mutunya juga berkualitas. Oleh karena itu, lanjut Guswandi, pengayaan mutu dosen harus dilaksanakan secara terencana dan dipikirkan keberlanjutannya dan hal tersebut tidak hanya tertuju kepada guru besar dan dosen senior saja, tetapi perlu menyasar kepada dosen muda sebagai penerus generasi masa depan universitas.
"Kualitas dosen akan sangat menentukan tinggi-rendahnya kualitas suatu perguruan tinggi, dan pada gilirannya menentukan pula tinggi-rendahnya kualitas generasi bangsa di masa yang akan datang," ujarnya.