REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy ingin meningkatkan sistem pengelolaan arsip dengan digitalisasi. Untuk itu, ia ingin adanya studi banding ke negara dengan sistem kearsipan yang bagus seperti Iran.
"Yang saya tau misalnya Iran. Iran sangat baik (dalam) penanganan masalah kepustakaan dan kearsipan. (Sudah) sangat canggih sekali," kata Muhadjir ketika meresmikan Pusat Arsip Kemendikbud di Bantargebang, Bekasi, Senin (25/2).
Ia mengatakan selama ini sudah ada upaya untuk mendigitalisasikan arsip, meski sangat minim. Lebih lanjut, Muhadjir meminta petugas Arsip di lingkungan Kemendikbud agar lebih responsif dengan perkembangan teknologi, terutama soal kearsipan.
"Misalnya masalah penyimpanan, perawatan, kemudian pendistribusian, dan pemanfaatan dari arsip itu harus terukur dengan menggunakan piranti-piranti yang modern yang sekarang sudah sangat maju," kata Muhadjir.
Jika tak segera berupaya ke arah digitalisasi dan studi banding, Muhadjir mengaku khawatir Kemendikbud akan ketinggalan.
Sementara pada kesempatan yang sama, Ketua Arsip Nasionl Republik Indonesia (ANRI), Mustari Irawan mengatakan, arsip-arsip memang sudah harus dialihmediakan karena sudah memasuki zaman teknologi digital. "Kami siap membantu kementerian bekerja (digitalisasi arsip)," ucap Mustari.
Untuk mendigitalisasikan arsip, menurut Mustari, masih terdapat banyak tantangan. Misalnya, ia menyebutkan, mesin untuk mengubah arsip menjadi arsip digital, dan hardisk untuk penyimpanan dan kemampuan petugasnya.
"Mesin harus ada yang kemampuan tinggi. Per menit berapa lembar bisa melakukan alih media. Kemudian SDM (Sumber Daya Manusia) sejauh mana bisa mengoperasikan," kata dia.