Ahad 05 May 2019 06:04 WIB

Pendidikan Paling Ideal Berasal dari Islam

Misi utama Islam adalah bidang pendidikan.

Red: Irwan Kelana
Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) menggelar seminar bertajuk ‘Strategi Pendidikan Islam untuk Generasi Indonesia Emas’ dengan menampilkan nara sumber D Zulfikri Anas dan Dr Adian Husaini.
Foto: Dok AYPI
Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) menggelar seminar bertajuk ‘Strategi Pendidikan Islam untuk Generasi Indonesia Emas’ dengan menampilkan nara sumber D Zulfikri Anas dan Dr Adian Husaini.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Pakar pendidikan Dr Zulfikri  Anas mengatakan,  pendidikan yang paling ideal adalah yang berasal dari Islam. ‘’ Islam hadir misi utamanya adalah dunia pendidikan dan mendidik manusia. Kemudian, Rasulullah SAW diutus sebagai mahaguru yang luar biasa,’’ kata Zulfikri Anas saat menjadi nara sumber seminar bertajuk ‘Strategi Pendidikan Islam untuk Generasi Indonesia Emas’ yang diadakan oleh Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) di Gedung Fajar Hidayah, Kota Wisata, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/5).

Seminar itu juga menampilkan nara sumber Direktur Attaqwa College, Dr Adian Husaini. Moderator adalah Ketua Umum Yayasan Nurul Fikri Aceh Darussalam, Rahmat Saripudin Syehani.

Zulfikri yang sehari-hari bertugas di Pusat Kurikulum dan Pembelajaran di Kemendikbud  melanjutkan,  di akhir hayatnya Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa risalah yang dibawanya sudah sempurna. ‘’Di penghujung beliau mau pamit dari kehidupan dunia mengatakan, ‘’telah selesailah tugas saya’’. Ini maknanya sangat jauh sekali. Rasulullah diutus sebagai pendidik, Islam turun misi utamanya pendidikan beliau tugasnya sudah selesai,’’ paparnya seperti dalam rilis yang diterima Republika.co.id,  Sabtu (4/5).

Ini artinya, sambung Zul, sapaan akrabnya,  semua hal teori tentang pendidikan sudah selesai mulai saat itu. ‘’Semua kiat, strategi, teori, untuk menyelesaikan persoalan kehidupan dan pendidikan sampai hari kiamat sudah selesai,’’ ujarnya.

Zul mencontohkan bagaimana kisah Rasulullah bertemu dengan Umar bin Khattab yang sangat memusuhi Islam dan penjahat  yang luar biasa. Namun dengan sentuhan pendidikan adab dan akhlak mulia, di  bisa berbalik 180 derajat dan menjadi pembela Islam. Ini sebuah contoh nyata.

Sekarang ini, Zul menyampaikan, sedang heboh seminar pendidikan tentang revolusi industri abad 4.0. Menurutnya,  pendidikan Islam itu sudah 1.000 poin 0. ‘’Empat poin nol itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan empat teladan Rasulullah,” ujarnya.

Di dalam terori pendidikan abad 21 sekarang ini sangat popular istilah ‘Empat C’, communication (komunikasi), collaborative (kolaborasi), critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah), serta creatifity and innovation (kreativitas dan inovasi). “Empat C itu masih kalah jauh  dari empat teladan Rasulullah shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), fathonah (cerdas),’’ jelasnya.

Zul kemudian bertanya. ‘’Kenapa Bapak, Ibu guru dipertemukan dengan anak-anak yang paling menyebalkan di kelas? Bahwa Anda hari ini akan mendapat ilmu baru dari anak. Kenapa? Karena penyumbang terbesar terhadap kecanggihan teknologi dan teori pendidikan di abad ini adalah anak yang bermasalah,’’ katanya.

Semakin rumit persoalan anak, semakin banyak ilmu yang akan didapatkan guru dari anak itu. Semakin kompleks persoalan yang dihadirkan oleh anak,  makin banyak ilmu yang didapat oleh guru.

‘’Tanpa anak-anak yang bermasalah dalam hidupnya, dunia pendidikan akan menjadi stuck (diam di tempat).  Kita lebih berpikir dengan cara apa untuk menyelesaikan persoalan anak ini. Nah itu yang dilakukan Rasulullah. Jadi kesimpulannya jika dunia pendidikan betul-betul konsisten berlandaskan Islam dalam penyelenggaraan pendidikannya dari A sampai Z, insya Allah dunia dan kehidupan ini akan selamat,’’paparnya.

Lalu kenapa dunia pendidikan Indonesia menjadi seperti ini? Karena ada banyak sunatullah yang diingkari dalam proses dunia pendidikan. Salah satunya, sering guru mengakui hanya sebagian kecil dari anak-anak itu yang bermutu. Padahal Allah tidak mengenal produk gagal.

‘’Setiap individu manusia,  apapun kondisinya,  lahir membawa amanah yang unik yang tidak tergantikan dan dia diposisikan menempati posisi satu titik untuk menentukan kehidupan secara keseluruhan. Artinya tidak ada manusia yang sia-sia. Setiap manusia dilahirkan dengan perhitungan yang matang untuk apa dia lahir. Jika kita (dunia pendidikan) menyia-nyiakan satu saja individu anak manusia saja kita berarti sudah menyia-nyiakan amanah itu,’’  tegasnya.

Sementara itu, Dr Adian Husaini mengatakan hal yang paling penting dalam pendidikan adalah guru. ‘’Yang tidak bisa diganti oleh teknologi adalah penanaman nilai. Faktor yang paling penting untuk penanaman nilai adalah guru,’’ katanya.

Maka itu, sambung ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII),  pendidikan itu kuncinya mengubah fungsi guru dan dosen bukan hanya sekadar penyampai informasi. Yang paling penting adalah menjadi contoh suri tauladan, menjadi motivator dan inspirator.

‘’Jadi selama ini guru hanya datang mengajar matematika, sekarang anak mau belajar matematika gampang. Jadi kalau guru hanya jadi pengajar, penyampai informasi saja,  dia akan digulung, akan kalah dengan artificial intelligence, robot pintar. Tapi kalau menanamkan nilai-nilai kebaikan, dia  tidak bisa digantikan oleh teknologi robot,’’ jelasnya.

Pendidikan, tegas ayah tujuh anak ini, harus dengan guru yang memiliki adab. ‘’Pendidikan itu tidak bisa diserahkan dengan teknologi, anak disuguhkan informasi yang melimpah tapi tidak ada kurikulum, itu sangat berbahaya,’’ ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement