REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sebagai rangakaian pelaksanaan the 2nd International Conference on Social Work (ICSW) FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, pada hari kedua Ahad (1/3) melakukan kunjungan lapangan ke salah satu lembaga pelayanan sosial yang dikelola Kementerian Social yaitu Balai Rehabilitasi Sosial (BRS) Watunas Mulya Jaya Jakarta.
Lembaga ini memberikan pelayanan kepada para penyandang kesejahteraan sosial khususnya eks wanita tuna susila, korban perdagangan manusia dan korban tindak kekerasan. Acara dihadiri Prof. Adi Fahrudin, Guru Besar pertama di bidang pekerjaan sosial di Indonesia, Prof. Sigrid University of Applied Sciences, Landshut, Germany, Prof Dr. Azlinda Azman Universitas Sains Malaysia, Ismail Baba, P.hD Sophia University Tokyo Jepang. Serta peserta ICSW dari Jerman dan Malaysia, India dan Indonesia.
Tujuan kunjungan ke lapangan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan rehabilitasi sosial yang diberikan Watunas Mulya Jaya kepada klien atau disebut dengan Pemerlu Pelayanan. Kunjungan sosial ini berlangsung selama 3 jam mulai jam 09.00 hingga pukul 12.00 WIB.
Ketua BRS Watunas Mulya Jaya, Ibu Juena Br. Sitepu, S.Sos, M.Si dalam keterangan tertulisnya menyatakan pelayanan yang diberikan adalah berdasarkan penilaian ketika mereka masuk. Waktu dan jenis rehabilitasi tergantung kepada hasil penilaian. Misalnya ada yang dua bulan, empat bulan atau enam bulan. Setelah rehabilitasi selesai maka pelayanan akan dikembalikan ke keluarganya dan berharap mereka bisa menjadi lebih baik dan mandiri. "Tujuan rehabilitasi social yang dilakukan balai adalah perubahan perilaku," katanya.
Karena itu, Balai menyediakan berbagai jenis program yang terbagi menjadi 3 bagian. Pertama, bimbingan sosial yang terdiri dari penyuluhan social, terapi kelompok, group session, dan konseling. kedua, bimbingan keterampilan sebagai bekal mereka nanti keluar dari Balai yaitu border, menjahit manual, tata rias rambut dan kecantikan kulit, tata rias pengantin dan juga tata boga atau kuliner, dan ketiga adalah bimbingan fisik dan mental yang terdiri dari olah raga, PBB, dan bimbingan rohani.
Balai juga menerima berbagai macam kasus baik eks wanita tuna susila, korban perdagangan manusia (human trafficking) dan korban tindak kekerasan. Dalam pemaparannya yang melatar berlakangi kenapa wanita rela menjual diri adalah karena mereka ingin mendapatkan uang besar secara instan. Bisa mendapatkan uang 1 juta rupiah dalam waktu sesaat.