REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence meminta Paraguay membatalkan keputusan memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel dari Yerusalem ke Tel Aviv. Hal itu disampaikan Pence ketika melakukan pembicaraan dengan Presiden Paraguay, Mario Abdo Benitez.
“Wakil Presiden (Mike Pence) sangat mendorong Presiden Abdo Benitez menindaklanjuti komitmen Paraguay sebelumnya untuk memindahkan kedutaan sebagai tanda hubungan bersejarah yang telah dipertahankan negaranya dengan Israel dan AS,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pada Kamis (6/9), seperti dikutip laman Israel National News.
Gedung Putih menambahkan, Presiden Abdo Benitez menggarisbawahi kemitraan abadi Paraguay dengan Israel. Para pemimpin juga sepakat untuk bekerja mencapai solusi komprehensif dan langgeng terhadap konflik Israel-Palestina.
Benitez berkali-kali menjelaskan, keputusan negaranya memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel dari Yerusalem ke Tel Aviv adalah untuk mencapai perdamaian yang komprehensif, adil, dan abadi.
Baca juga, Israel Tutup Kedutaan di Paraguay.
Menteri Luar Negeri Paraguay Luis Castiglioni telah mengumumkan pemindahan kedutaan besar untuk Israel dari Yerusalem ke Tel Aviv pada Rabu (5/9). “Paraguay ingin berkontribusi pada intensifikasi upaya diplomatik regional untuk mencapai perdamaian yang luas, adil, dan langgeng di Timur Tengah,” ujarnya ketika mengumumkan hal tersebut.
Keputusan Paraguay segera dikecam Israel. Kemenlu Israel menilai, keputusan Paraguay yang tidak biasa yang akan mengaburkan hubungan antara kedua negara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meminta duta besar Israel di Paraguay untuk pulang. Ia juga memerintahkan agar kedutaan besar Israel di Paraguay ditutup.
Kedutaan Besar Paraguay untuk Israel sebelumnya memang berada di Tel Aviv. Namun, pada 21 Mei, Paraguay memutuskan memindahkannya ke Yerusalem setelah AS dan Guatemala melakukan hal serupa. Langkah Paraguay kala itu memantik protes dan kemarahan dari dunia Arab dan Muslim.
Pada Desember tahun lalu, AS telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah itu membuat Palestina menarik diri dari perundingan perdamaian dengan Israel yang dimediasi AS. Palestina menilai, AS tak lagi menjadi mediator yang netral karena terbukti membela kepentingan politik Israel.