REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejumlah gedung di kompleks Balai Kota Yogyakarta sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penyandang disabilitas, namun fasilitas tersebut masih dikeluhkan sulit diakses.
"Dari hasil simulasi yang kami lakukan di sejumlah gedung, ram yang disediakan untuk penyandang disabilitas berkursi roda ternyata terlalu curam atau terlalu landai," kata Koordinator Program Advokasi Sistem Layanan Alat Bantu Organisasi Handicap Nusantara (Ohana) Indonesia, Nala Cinde Lintangsae saat melakukan simulasi bersama sejumlah penyandang disabilitas di kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (12/9).
Menurut dia, kemiringan ram yang ideal untuk dapat diakses secara mudah oleh penyandang disablitas adalah sekitar 15 persen. Ram yang terlalu curam atau landai akan menyulitkan penyandang disabilitas berkursi roda untuk melaluinya karena akan terlalu berat saat harus memutar kursi roda dan kursi roda bisa terbalik saat melaluinya.
Selain ram, fasilitas yang juga dikeluhkan adalah toilet, seperti di Dinas Perizinan dan Penanaman Modal. Meskipun sudah ada toilet khusus untuk penyandang disabilitas, namun tidak terlalu luas sehingga pengguna kursi roda tidak dapat berputar dengan leluasa.
Saat akan menuju toilet, pengguna kursi roda juga kesulitan melewati bagian lantai yang dilengkapi keset karena perlu tenaga lebih besar untuk memutar kursi roda. Namun demikian, Nala mengapresiasi layanan di Dinas Perizinan dan Penanaman Modal yang memberikan loket khusus untuk penyandang disabilitas.
"Sudah ada resepsionis yang bisa mengarahkan penyandang disabilitas untuk mengakses layanan perizinan," katanya.
Atas berbagai keluhan tersebut, Nala mengatakan, Ohana akan memberikan rekomendasi terhadap Pemerintah Kota Yogyakarta untuk memperhatikan fasilitas bagi penyandang disabilitas agar benar-benar bisa memenuhi kebutuhan dan bisa diakses.
"Selain di Kota Yogyakarta, kami pun akan melakukan survei serupa di beberapa kota lain seperti Surabaya. Tujuannya adalah mewujudkan city for all," katanya.
Perencana Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Salim mengatakan, masukan terkait fasilitas untuk penyandang disabilitas akan dijadikan semacam amunisi untuk menyusun perencanaan pembangunan. "Kami pun senang dengan kegiatan semacam ini sehingga pemerintah bisa mengetahui kebutuhan bagi penyandang disabilitas. Apalagi, kebutuhan tiap penyandang disablitas berbeda," katanya.
Agus menyebut, kondisi gedung di kompleks Balai Kota Yogyakarta sudah dilengkapi dengan fasilitas penyandang disabilitas, khususnya gedung-gedung baru. "Jika masih ada keluhan, maka akan diperbaiki," katanya.