REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian menyatakan bahwa pemilihan legislatif (pileg) dianalisis bakal lebih rawan konflik daripada pemilihan presiden (pilpres). Pasalnya, kata dia, pileg merupakan ajang pertarungan antar partai di daerah yang lebih masih.
"Yang kita perhatikan agak rawan bukan pilpresnya tapi pilegnya karena semua mau survive ingin terpilih," kata Tito di sela rapat koordinasi pengamanan Pemilu di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, Kamis (13/9).
Tito menjelaskan, partai akan berusaha memenangkan caleg untuk memenuhi syarat ambang batas parlemen sebanyak empat persen. Syarat itu harus dipenuhi. Bila tidak, maka partai tidak mendapat kursi dan eksistensinya terancam. "Kalau tidak dapat kursi partai bubar," ucap Tito.
Para calon legislatif (caleg) akan bertanding di daerah pilihan masing-masing dengan calon antar partai lainnya. Hal inilah yang kata Tito dianggap lebih rawan konflik. "Itu pertarungan keras," kata dia.
Tito pun menyatakan, Polri tidak hanya akan fokus pada Pemilihan Presiden saja, tetapi fokus pada pileg. Hal ini berdasarkan analisis perilaku parpol yang dianggap akan bertarung lebih keras dalam menagamankan kursi di Parlemen.
"Saya lihat parpol akan fokusnya lebih berat ke parliamentiary threshold dibanding pemenangan pilpres karena ini masalah partai. Kalau publik tertarik ke Pilpres. Tapi kalau parpol ke parlemen," kata Tito.
Untuk diketahui, Polri, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kementerian Dalam Negeri membahas pengamanan Pemilu dalam rapat yang digelar di PTIK Jakarta, Kamis (13/9).