REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Partai Buruh Australia menyerukan kepada pemerintah pimpinan Perdana Menteri Scott Morrison untuk meningkatkan tekanan terhadap Cina. Hal itu berkenaan dengan penahanan massal terhadap warga Muslim Uighur.
Komentar itu muncul di saat anggota partai Republik di Amerika Serikat menyerukan kepada pemerintahan Donald Trump untuk memperluas sanksi terhadap Cina termasuk apa yang terjadi wilayah otonomi Xinjiang. Komunitas hak asasi manusia dunia sudah menyampaikan keprihatinan mengenai adanya 'kamp pendidikan kembali' di provinsi Xinjiang di mana mayoritas warganya adalah Muslim Uighur.
Dalam komentarnya kepada media yang dikeluarkan awal minggu ini, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan pemerintah sudah menyampaikan keprihatinan kepada Cina mengenai situasi di Xinjiang. Namun, Menteri Luar Negeri Bayangan dari Partai Buruh Penny Wong mengatakan walau menyambut baik keputusan Cina mengangkat masalah itu dengan Beijing, namun masih banyak yang bisa dilakukan.
"Partai Buruh sangat prihatin dengan terus adanya laporan berkenaan dengan penahanan massal warga Uighur yang minoritas oleh Cina dan pelanggaran HAM lainnya." kata Senator Wong dalam sebuah pernyataan.
"Partai Buruh menyerukan kepada pemerintah untuk menggunakan posisi keanggotaan Australia di Dewan HAM PBB, dengan berkoordinasi dengan anggota lain untuk terus melakukan tekanan dalam masalah ini terhadap pemerintah China."
Pemerintah Cina dituduh sedang berusaha 'mencuci otak' warga Uighur -warga yang menggunakan bahasa Turki di kawasan tersebut. Cina ingin membuat mereka mengungkapkan kesetiaan kepada Presiden China Xi Jinping.
Dalam laporan baru-baru ini, Komite PBB Untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial mengutip perkiraan bahwa hampir 1 juta warga Uighur mungkin ditahan. Sebagai bagian dari penahanan mereka, ada laporan bahwa warga Muslim Uighur ini dilarang menggunakan bahasa mereka sendiri di sekolah dan dipaksa belajar bahasa Mandarin. Seluruh kegiatan keagamaan seperti shalat, mengunjungi mesjid, puasa selama Ramadhan, mengenakan pakaian Islami, dan juga memelihara rambut di muka juga dilarang.
Beijing menolak seluruh tuduhan. Mereka mengatakan Xinjiang menghadapi ancaman teror serius dari kelompok militan dan separatis Islam yang berusaha melakukan serangan guna meningkatkan ketegangan antara warga Uighur dan etnis mayoritas Cina dari Suku Han.
Senator Penny Wong dari Partai Buruh mengatakan bahwa 'penting sekali bahwa komunitas Uighur di Australia tidak merasa tertekan atau terintimidasi dengan apa yang terjadi di Cina."
Australia memiliki warga Uighur dengan sekitar 600 keluarga yang memiliki jaringan kekeluargaan yang erat. Keseluruhan warga Uighur di Australia berjumlah 4.000 orang, dengan kebanyakan tinggal di Adelaide.
Banyak di antara mereka memiliki keluarga atau teman yang ditahan di Cina. Mereka sudah meningkatkan protes terhadap penanganan yang dilakukan Cina terhadap warga mereka.
Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini