REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Mualaf Center Indonesia, Steven Indra Wibowo, mengatakan, gempa yang melanda NTB tidak mengganggu aktivitas keagamaan kepada umat Islam.
Termasuk para mualaf di sana. Kendati beberapa waktu lalu terdapat isu dugaan Kristenisasi di tengah aktivitas bantuan kepada korban gempa.
Steven tak ingin menyebut hal tersebut sebagai Kristenisasi, tapi lebih kepada pendangkalan akidah.Saya yakin warga Lombok kuat akidahnya, imannya walaupun shalatnya jarang-jarang, tapi kalau Islam, kuat, ujar Steven.
Isu pendangkalan akidah di pengungsian memang sempat mencuat di Lombok setelah ber edarnya video itu. Isu tersebut sempat menyita perhatian beberapa pihak, seperti Majelis Ulama Indonesia NTB.Steven meyakini hal itu tak akan memengaruhi akidah warga Lombok. Mereka tidak akan menggadaikan iman dengan murah.
Steven menegaskan, hal tersebut bukan Kristenisasi, melainkan pendangkalan karena dilakukan oleh relawan. Seharusnya para relawan menyadari bahwa Lombok adalah daerah yang penduduknya mayoritas Islam. Dia mengimbau sikap relawan di lapangan bisa terkontrol tanpa masuk kepada wilayah keagamaan.
Muallaf Center turun ke Aceh, Nias, Sukabumi, tapi saat di Sinabung meletus, kami tahu di situ bukan daerah Muslim. Jadi, kita kumpulkan bantuan dari Jakarta lalu kita kirim.” Gak kirim orang karena khawatir mereka memandang kami memengaruhi mereka. Begitu juga dengan Lombok, kata Steven.
Ia mengungkapkan dugaan praktik pendangkalan akidah di Lombok, yaitu ketika pemberian pengobatan gratis. Mereka menggunakan doa bukan dari agama Islam. Trauma healingyang mereka gunakan adalah lagu-lagu mereka.
Menurut Steven, ini dapat meresahkan dan mengganggu hubungan antaragama di Lombok. “Jangan sampai oknum luar Lombok ini menjadi isu SARA di sana. Kasihan mereka non-Muslim, ujar dia.