REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un berterima kasih kepada Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in karena telah menjembatani pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kim bertemu Trump di Singapura pada Juni lalu.
Ungkapan terima kasih itu diutarakan Kim saat bertemu Moon di Pyongyang, Selasa (18/9). Menurut Kim, pertemuannya dengan Trump telah membantu menstabilkan situasi keamanan regional. Sebelum Kim dan Trump bertemu, situasi di Semenanjung Korea memang kerap memanas. Sebab baik Kim maupun Trump sering terlibat aksi saling ancam.
Memanasnya situasi diperkeruh pula oleh latihan militer gabungan yang digelar AS bersama Korsel. Korut menilai, latihan tersebut merupakan provokasi dan ancaman terhadap keamanannya.
Moon Jae-in sedang melakukan kunjungan ke Korut untuk melanjutkan pembicaraan tentang proses denuklirisasi Semenanjung Korea. Ia mengatakan hendak membuat terobosan dalam pembicaraan mengenai isu tersebut.
Selain untuk membahas denuklirisasi, Moon menilai kunjungannya ke Korut penting untuk mencairkan hubungan kedua negara. Di sisi lain, ia pun hendak mempromosikan kembali dialog antara AS dan Korut.
“Satu (tujuan) adalah untuk terus mengembangkan hubungan antar-Korea dan yang lainnya adalah mempromosikan dialog antara Korut dengan AS yang ditujukan untuk denuklirisasi Semenanjung Korea,” kata Moon, dikutip laman Yonhap.
Ia menilai, dialog antara Korut dan AS memiliki peran penting dalam proses denuklirisasi di Semenanjung Korea. “Perjalanan Korut saya akan memiliki makna yang besar jika dapat mengarah pada dimulainya kembali dialog Korut dan AS,” ujarnya.
Pembicaraan denuklirisasi antara Korut dan AS terhenti ketika Trump membatalkan kunjungannya ke Pyongyang. Pembatalan kunjungan itu dilakukan karena AS menganggap tidak ada kemajuan signifikan dalam proses denuklirisasi Korut.
Baca: AS Tuding Rusia Langgar Resolusi PBB untuk Sanksi Korut