REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Para diplomat Rusia dilaporkan menggelar pembicaraan rahasia di London pada tahun lalu dengan orang-orang terdekat Julian Assange. Mereka ingin membantu Assange melarikan diri dari Inggris.
Seperti dilansir The Guardian, Sabtu (22/9), dalam sebuah dokumen yang terungkap, pendiri WikiLeaks itu rencananya akan diselundupkan keluar dari kedutaan Ekuador di London menggunakan kendaraan diplomatik dan dipindahkan ke negara lain. Tujuan akhirnya adalah Rusia. Di sana, Assange tidak akan menghadapi risiko ekstradisi ke Amerika Serikat (AS).
Namun rencana itu gagal dilakukan karena dianggap terlalu berisiko. Menurut salah seorang narasumber, operasi untuk mengeluarkan Assange dijadwalkan pada Malam Natal tahun 2017. Ini terkait dengan upaya gagal Ekuador untuk memberikan status diplomatik formal kepada Assange.
Keterlibatan pejabat Rusia memunculkan pertanyaan tentang hubungan Assange dengan Kremlin. Editor WikiLeaks ini adalah tokoh kunci dalam penyelidikan AS soal keterlibatan Rusia dalam pemilu AS.
Baca juga, Pengadilan Inggris Putuskan Tawaran Assange untuk Bebas.
Robert Mueller, penasihat khusus yang melakukan penyelidikan, mengajukan tuntutan pidana pada Juli terhadap belasan perwira intelijen militer GRU Rusia. Mereka diduga meretas server partai Demokrat selama kampanye presiden.
Surat dakwaan itu mengklaim para peretas mengirim email untuk mempermalukan Hillary Clinton ke WikiLeaks. Namun ini masih dalam penyelidikan. Menurut Mueller, WikiLeaks menerbitkan lebih dari 50 ribu dokumen yang dicuri dari mata-mata Rusia.