Senin 24 Sep 2018 21:08 WIB

Mahasiswa di Padang Kecewa dengan Persoalan Impor Beras

Mahasiswa membakar boneka jerami yang ditempeli wajah Mendag dan Dirut Bulog

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa melakukan demonstrasi dengan membakar boneka jerami yang ditempel foto Mendag dan Dirut Bulog, Senin (24/9). Aksi ini sebagai bentuk protes atas kisruhnya kebijakan soal impor beras saat ini.
Foto: Republika/Sapto Andiko Condro
Mahasiswa melakukan demonstrasi dengan membakar boneka jerami yang ditempel foto Mendag dan Dirut Bulog, Senin (24/9). Aksi ini sebagai bentuk protes atas kisruhnya kebijakan soal impor beras saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Sumatra Bagian Utara melakukan aksi damai memperingati Hari Tani Nasional dengan melakukan longmarch menuju Kantor Gubernur Sumatra Barat. Dalam aksi tersebut, mahasiswa melakukan pembakaran terhadap dua boneka jerami yang ditempel foto wajah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Dirut Bulog Budi Waseso (Buwas).

Presiden BEM KM Universitas Andalas Faizil Putra menjelaskan, pembakaran terhadap foto Enggar dan Buwas dilakukan sebagai aksi simbolis atas kekecewaan kepada pemerintah. Mahasiswa, lanjutnya, merasa prihatin dengan buruknya koordinasi di level pemerintah pusat terkait kebijakan impor beras.

"Aksi ini berangkat dari kekecewaan kami kepada pemerintah yang tidak punya alur koordinasi yang jelas. Petani kita merasa dikhianati," kata Faizil, Senin (29/9).

Mahasiwa, ujar Faizil, ingin pemerintah fokus terhadap upaya stabilisasi pasokan bahan pangan tanpa melibatkan kebijakan impor sebagai solusi utama. Dalam gaduh-gaduh terkait impor beras, Faizil memandang bahwa sumber masalahnya adalah nihilnya koordinasi yang baik dalam internal pemerintah. Ia meminta Presiden Jokowi tegas untuk menertibkan bawahannya, termasuk dengan mencopot Mendag Enggartiasto Lukita yang dianggap terlalu ngotot impor beras.

"Ini sumber masalah dan kami harap, dicopot Mendag," katanya.

Dalam aksi damai ini, ada tujuh poin yang disampaikan mahasiswa kepada pemerintah. Pertama, menuntut pemerintah untuk membatasi jumlah impor beras, daging, dan bahan pokok lainnya. Kedua, menuntut pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tanaman pertanian khususnya padi, jagung, kedelai, dan tanaman sembako.

Poin ketiga, menuntut pemerintah memperluas lahan pertanian. Keempat, menuntut pemerintah untuk menambah jumlah dan meningkatkan kualitas penyuluh pertanian. Kelima, menuntut pemerintah menjamin stabilitas harga produk pertanian dan peternakan.

Tuntutan keenam, menagih keseriusan pemerintah mengelola pertanian dan peternakan dari hulu ke hilir. Ketujuh, menuntut konsistensi pemerintah dalam pembangunan dunia pertanian.

Perwakilan pemerintah akhirnya diterima oleh Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit. Dalam menyambut perwakilan mahasiswa, Nasrul berjanji akan menyampaikan seluruh tuntutan kepada pemerintah pusat. Nasrul juga menegaskan bahwa Pemprov dan Pemda akan terlibat aktif dalam menyelesaikan persoalan pertanian dan peternakan di daerah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement