REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan institusi pelaksana jaminan sosial di berbagai negara Asia Tenggara (ASEAN) atau ASEAN Social Security Association (ASSA) telah digelar di Nha Trang, Vietnam, pada Selasa (18/9) lalu. Ajang itu dimanfaatkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJSTK) untuk mengajukan inisiatif strategis dalam bidang investasi.
Poin penting yang digagas oleh BPJS Ketenagakerjaan yakni kolaborasi investasi dalam bentuk "pool of fund". Tujuannya membiayai pengembangan infrastruktur, khususnya di negara berkembang.
Dalam pidatonya di hadapan delegasi yang hadir, Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan, ke para negara anggota untuk saling mendukung agar negara-negara ASEAN menjadi lebih sejahtera. Dengan begitu mampu bersaing dengan negara lain di dunia.
"Sebagai ASEAN community, perkembangan satu negara akan berdampak pada perkembangan ekonomi negara ASEAN lainnya. Kita juga harus memastikan dana yang dikelola di institusi jaminan sosial kita hanya berputar di daerah regional ASEAN," kata Agus melalui siaran pers, Selasa, (25/9).
Menurutnya, sudah saatnya ASSA bergerak ke arah lebih implementatif demi perkembangan negara anggota. Agus menjelaskan, Effective Collaboration di bidang investasi infrastruktur merupakan langkah kongkrit yang bisa dilakukan bersama untuk membantu negara anggota ASEAN lainnya.
"Semua negara, baik negara berkembang maupun negara maju, pasti tetap membutuhkan pembangunan infrastruktur. Hanya, anggaran yang dimiliki negara tentunya terbatas, di sinilah peran institusi Jaminan Sosial anggota ASSA dibutuhkan," tutur Agus.
Institusi jaminan sosial, kata dia, memiliki kelebihan dibandingkan investor lain. Pasalnya memiliki horizon pengelolaan dana jangka panjang, hal ini sesuai konsep pembiayaan investasi infrastruktur dari pemerintah yang juga bersifat jangka panjang.
Agus menjelaskan, kolaborasi seperti ini dilakukan pula oleh negara anggota OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Tujuannya saling mendukung sesama anggota dalam pendanaan di bidang infrastruktur.
"Kami juga sebelumnya telah melakukan diskusi dengan rekan-rekan yang bergerak di bidang jaminan sosial dan asuransi di Jepang. Sambutan positif yang kami dapat menjadi alasan kami untuk menggagas ide ini lebih lanjut," tegas Agus.
Ia meyakini, langkah ini dapat menjadikan ASSA lebih terpandang, karena perannya membantu berbagai negara ASEAN lebih maju sekaligus memberikan manfaat secara sosial dan ekonomi, meningkatkan produktivitas dan daya saing. Termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta kawasan ASEAN, sesuai mandat jaminan sosial.
Inisiatif ini, kata dia, turut didukung oleh pemerintah yakni Bappenas yang telah memiliki daftar proyek infrastruktur. Daftar tersebut layak dijadikan target investasi oleh anggota ASSA maupun institusi jaminan sosial dan asuransi lain di Asia Pasifik.
Salam forum itu, Agus bahkan telah menyatakan kesiapan BPJS Ketenagakerjaan sebagai investment hub untuk mengoordinasi juga memberikan informasi terkait investasi proyek infrastruktur di seluruh Indonesia. Maka Agus mengundang institusi jaminan sosial negara-negara ASEAN untuk datang ke Indonesia pada pertengahan Oktober 2018 mendatang.
Hal ini berlaku pula bagi anggota ASSA lain, mereka dapat berperan sebagai investment hub di negaranya masing-masing. Inisiatif dari BPJS Ketenagakerjaan tersebut mendapat tanggapan positif dari seluruh anggota ASSA dan juga diterima oleh ASSA Board menjadi inisiatif ASSA untuk dipelajari secara lebih mendalam.
Momen pertemuan pada Oktober 2018 mendatang dipercaya akan menjadi titik bersejarah pembahasan gagasan dimaksud bagi perkembangan dan kesejahteraan seluruh negara ASEAN. "Kami harap inisiatif ini dapat segera diimplementasikan, agar pengembangan infrastruktur di negara-negara ASEAN dapat berjalan dengan masif, dengan dimotori para institusi Jaminan Sosial," kata Agus.