REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukan elektabilitas pasangan capres Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin masih unggul atas pasangan Prabowo-Sandiaga Uno. Meski begitu, Tim Kampamye Nasional tetap akan bekerja keras untuk membuat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin semakin tinggi.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia, Jokowi-Ma'ruf mendapat elektabilitas 57,7 persen dibandingkan Prabowo-Sandiaga yang hanya 32,3 persen. "Ini jadi semangat bagi seluruh tim kampanye tapi kami tidak boleh berpuas diri, kami terus bekerja keras," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Rabu (26/9).
Hasto menyebut hasil tersebut juga memacu Koalisi Indonesia Kerja (KIK) untuk lebih giat turun ke bawah memenangkan Jokowi-Ma'ruf. Sebab hasil tersebut masih dianggap belum aman bagi pasangan nomor urut 01 tersebut dengan tujuh bulan masa kampanye tersisa.
"Ini memacu kami untuk lebih giat lagi turun ke bawah memenangkan hati rakyat, mempertajam strategi kita dan memperkuat bahwa kepemimpinan Jokowi lah yang membawa perubahan yang lebih baik bagi Indonesia kita," kata Sekjen PDIP tersebut.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan Koalisi Indonesia Kerja (KIK) belum bisa bernafas lega meski elektabilitas Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin lebih unggul dibandingkan lawannya. Sebab, elektabilitas 57,7 persen dengan Pilpres 2019 yang tersisa tujuh bulan belum masuk kategori sangat aman.
"Elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf 57,7 persen, tapi masih tujuh bulan lagi. Belum masuk kategori sangat aman untuk mencapai kemenangan," kata Burhanuddin di Kantor Indikator Politik Indonesia, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (26/9).
Pada survei awal bulan ini, Indikator melakukan simulasi sesuai dengan kandidat presiden yang mendaftar ke KPU, yakni Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Hasilnya, Jokowi-Ma’ruf mengantongi dukungan hingga 57,7 persen berbanding 32,3 persen untuk Prabowo Subianto.
Kendati demikian, Indikator juga mengingatkan bahwa keterpilihan atau elektabilitas atau dukungan untuk kedua pasangan calon masih bisa berubah. Indikator menyatakan dari warga yang sudah memiliki pilihan, sekitar 25 persen menyatakan bahwa pilihannya masih sangat mungkin berubah dan masih bisa berubah.
Alasan lainnya, Burhanuddin menjelaskan, elektabilitas Jokowi menunjukan penurunan sejak September tahun lalu. Indikator melakukan simulasi head to head Jokowi dan Prabowo. Dalam simulasi dua pasangan calon, Jokowi memperoleh 57 persen sedangkan Prabowo 31 persen.
"Kalau simulasi capres (calon presiden), Jokowi dapat 57 persen, tetapi trennya cenderung turun," katnya.
Burhanuddin menjelaskan, elektabilitas Jokowi pada September 2017 mencapai 58,9 persen, 61,8 persen pada Februari 2018, 50,6 persen pada Maret, dan 59,9 persen pada Juli.
Sementara itu, tren elektabilitas Prabowo cenderung stabil. Pada September 2017, Prabowo meraih elektabilitas 31,3 persen, 29,4 persen pada Februari 2018, 29 persen pada Maret, 32 persen pada Juli, dan 31,3 persen pada September 2018.
Indikator melakukan survei pada 1-6 September lalu. Survei melibatkan 1.220 responden. Indikator melakukan wawancara tatap muka kepada responden terpilih. Kontrol kualitas terhadap hasil wawancara dilakukan secara acak sebesar 20 persen. Survei ini memiliki margin of error 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.