REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) menjelang sore ini, Kamis (27/9). Pelaku pasar pun dinilai sudah cukup yakin kalau bank sentral bakal menaikkan bunganya nanti.
Kepala Riset Kajian Makroekonomi dan Kebijakan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Febrio Kacaribu mengatakan, meski pasar sudah yakin, persepsi tentang defisit neraca berjalan masih mewarnai. "Hal itu pengaruhi pergerakan kurs rupiah," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (27/9).
Menurutnya, pasar terus amati sejauh mana defisit tersebut bisa turun ke angka lebih aman. Terutama, pada kuartal tiga dan kuartal empat mendatang.
Pelemahan rupiah yang masih terjadi, kata dia, bukan pula dipengaruhi oleh rencana kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat. "Justru kenaikan suku bunga The Fed sudah bisa dibilang pasti terjadi dalam beberapa jam ke depan ini. Hal itu justru sedikit memengaruhi sentimen terhadap rupiah," kata Febrio.
Sayangnya, ia mengatakan, tren rupiah kini masih terus melemah. Padahal, mata uang dolar AS pun sedikit mengalami pelemahan dalam satu bulan terakhir.
Sebagai informasi, siang ini kurs rupiah terpantau menguat. Dilansir Bloomberg, pada akhir perdagangan sesi I, rupiah berhasil meninggalkan level Rp 14.900 per dolar AS ke Rp 14.898 per dolar AS.
Sebelumnya pagi tadi dibuka melemah 10 poin di Rp 14.921 per dolar AS. Kemudian, menjelang siang menguat hingga Rp 14.902 per dolar AS.