REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Ronggo Astungkoro, Umi Nur Fadhilah
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Ahad, pukul 13.00 WIB, jumlah korban meninggal mencapai 832 orang pascagempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Korban meninggal berasal dari Kota Palu sebanyak 821 orang dan di Kabupaten Donggala 11 orang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho memperkirakan jumlah korban akan terus bertambah. Sebab, masih ada jenazah-jenazah yang belum teridentifikasi, banyaknya korban yang diduga tertimbun di reruntuhan bangunan yang belum ditemukan, dan masih banyaknya daerah yang belum dijangkau oleh tim SAR gabungan.
"Itulah yang menyebabkan jumlah korban kemungkinan akan terus bertambah," kata Sutopo saat berbicara dengan media di kantornya, Ahad (30/9).
Hingga kini, BNPB masih kesulitan untuk memperbarui data korban karena jaringan komunikasi masih sangat sulit di sejumlah wilayah. Jalur komunikasi yang sudah bisa diakses hanya di Kota Palu, itu pun masih sangat terbatas. Tiga kabupaten terdampak gempa lain, yaitu Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong, masih lumpuh total.
Sutopo menambahkan, operasi SAR juga mengalami kendala yang menyulitkan pengevakuasian dan penyelamatan korban. "Banyak kendala. Pertama, karena listrik padam. Komunikasi juga masih sangat terbatas. Alat berat masih terbatas," kata dia.
Saat ini, proses evakuasi dan penyelamatan korban hanya menggunakan alat-alat berat yang ada di Kota Palu. Namun, jumlah alat berat tersebut tidak mencukupi jika dibandingkan dengan jumlah bangunan yang runtuh dan daerah yang terdampak gempa dan tsunami. Selain itu, kondisi jalan yang rusak membuat pengiriman alat berat dari luar Kota Palu mengalami kendala.
Namun, operasi SAR terus dilakukan dengan peralatan seadanya. Fokus evakuasi dan penyelamatan pada Ahad ada di enam titik di Kota Palu, yakni Hotel Roa-Roa, Mal Ramayana, Restoran Dunia Baru, Pantai Talise, Perumahan Balaroa, dan pencarian korban di puing-puing bangunan hancur.
Selain itu, masih ada beberapa titik yang diperkirakan sebagai tempat korban tertimbun oleh material bangunan. Korban yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara untuk diidentifikasi.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku telah mengirimkan tim untuk memperkuat layanan kesehatan di Palu dan Donggala. “Kemenkes telah mengirimkan tim rapid health assessment (RHA) ke lokasi untuk melakukan kajian cepat situasi dan kebutuhan layanan kesehatan,” tutur Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek.
Kemenkes telah mengirimkan gelombang pertama tim kesehatan gabungan dari RSUP Kandou Manado dan RSUP Wahidin Makasar yang terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, dan perawat. Tim kedua berasal dari RSUP dr Kariadi Semarang, RSUP dr Sarjito Yogyakarta, RSUP Hasan Sadikin Bandung, dan RSUP dr M Hoesin Palembang. Selain itu, Kemenkes juga siap mengerahkan 30 orang tim Nusantara Sehat ke wilayah terdampak gempa bumi dan tsunami.
Nila mengatakan, ketersediaan obat di lokasi bencana masih mencukupi. Namun, Kemenkes sudah berkoordinasi dengan kabupaten/kota terdekat di Sulawesi Selatan yang tidak terkena dampak bencana gempa, seperti Kabupaten Luwu Timur, Luwu, Luwu Utara, dan Palopo. “Mereka siap menyediakan obat yang dibutuhkan dan akan langsung diantarkan ke Palu,” ujar dia.