REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Bencana gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah (Sulteng) mengundang duka mendalam dari masyarakat Indonesia. Belum lama, bencana gempa juga melanda Nusa Tenggara Barat (NTB) yang saat ini sedang memasuki fase pemulihan.
Para relawan dari Wahana Muda Indonesia (WMI) yang sejak awal berada di Lombok Utara membagi tugas dengan menurunkan tim ke Palu. Ketua WMI Handriansyah mengatakan, sedikitnya 20 relawan WMI yang terdiri atas tim evakuasi dan medis sudah bergerak ke Palu.
Dia menilai, kondisi di Palu agak berbeda dengan yang terjadi di Lombok. Menurutnya saat gempa di Lombok, akses jalan dan bandara masih berjalan normal. Hal ini membuat proses distribusi bantuan relatif lebih lancar.
"Lombok waktu itu akses bisa ditembus, bandara juga hidup, dan Kota Mataram masih aman," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id dari Mataram, NTB, Senin (1/10).
Sedangkan bencana di Sulteng, dia katakan, Kota Palu yang menjadi jantung bagi Sulteng justru mengalami dampak terparah sehingga menyulitkan proses penanganan bencana.
"Ini Palu yang jadi jantung kota justru lumpuh dan tertutup aksesnya sehingga warga tidak bisa bergerak ke mana-mana, BBM habis. Kuncinya buka akses jalan ke Palu agar BBM bisa masuk," kata dia.
Meski telah menerjunkan tim ke Palu, WMI tetap menaruh personelnya di Lombok Utara. Dia menyebutkan, WMI tetap berkomitmen untuk menyelesaikan target pembangunan hunian sementara (huntara) di Lombok Utara.
"Kita komitmen dengan penyelesaian program huntara dan trauma healing di Lombok Utara," ucapnya.
Handriansyah menyebutkan, total huntara yang sudah terbangun mencapai 350 unit. Saat ini, sudah ada 1.500 gedek yang didatangkan untuk membangun sedikitnya 350 huntara.
"Kita fokus juga rampungkan huntara di Lombok, kalau sudah selesai semua, kita akan tarik tim untuk bantu ke Palu," katanya menambahkan.