Senin 01 Oct 2018 22:06 WIB

Polisi Gagalkan Penjarahan Toko Ponsel di Palu

Polisi selidiki kemungkinan adanya provokator dalam setiap aksi penjarahan.

Sejumlah alat berat saat melakukan proses evakuasi korban yang tertimbun reruntuhan bangunan Hotel Roa Roa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah alat berat saat melakukan proses evakuasi korban yang tertimbun reruntuhan bangunan Hotel Roa Roa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi berhasil mengagalkan penjarahan toko ponsel di Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Senin (1/10).  Sejumlah penjarahan di pertokoan dilaporkan marak pascaterjadinya bencana gempa dan tsunami.

"Saya dapat laporan tadi pagi ada yang coba menjarah toko handphone, kemudian dapat diantisipasi," kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta, Senin (1/10).

Toko ponsel yang dimaksud adalah toko ponsel Makmur Jaya di Jalan Basuki Rahmat, Palu. Beberapa orang berhasil diamankan polisi dalam penjarahan toko tersebut.

Tak hanya di toko ponsel tersebut, toko swalayan Transmart, Palu juga menjadi sasaran penjarahan. Namun, polisi berhasil menggagalkan kejahatan tersebut.

"Ada juga yang coba masuki Transmart di sana tapi bisa dikendalikan oleh Polri," ucapnya.

Baca juga, Mendagri: Tak Ada Penjarahan di Palu.

Tidak hanya menindak para pelaku penjarahan, Setyo mengatakan polisi juga menyelidiki kemungkinan adanya provokator dalam setiap aksi penjarahan. "Intelijen pasti melakukan penyelidikan lebih lanjut," katanya.

Setyo memastikan Polri akan kembali mengerahkan 1.400 personelnya ke Palu, Sulawesi Tengah untuk membantu mengamankan situasi keamanan di Kota Palu pascabencana gempa bumi dan tsunami.

Ribuan polisi yang berasal dari Polda Sulut, Polda Sulbar, Polda Sulsel, Polda Gorontalo dan Mabes Polri itu akan disiagakan menjaga sejumlah pertokoan agar tidak kembali terjadi penjarahan. "Rencananya akan dikirim lagi sekitar 1.400 personel untuk membantu mengamankan, merehabilitasi, membersihkan di sana seperti di Lombok," tutur Irjen Setyo.

Baca juga, Kapolri: Bukan Penjarahan, Mereka Itu Lapar.

Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak melakukan tindakan kriminal dan melanggar hukum dengan mengambil paksa barang-barang elektronik dan emas di pertokoan.

"Pada hari pertama, hari kedua setelah gempa, situasi masih sangat tidak kondusif di mana bantuan logistik belum tiba. Kami memahami kalau itu (penjarahan) yang diambil bahan makanan, minuman, sandang. Tapi yang tidak benar ketika mereka juga mengambil barang elektronik, ban sepeda motor, emas. Itu tindakan kriminal," tegasnya.

Pihaknya meminta masyarakat agar tidak berbuat kriminal dan menjaga situasi keamanan ketertiban. Setyo pun memastikan bahwa TNI-Polri terus mengirimkan kebutuhan pokok korban seperti makanan, obat-obatan dan perlengkapan lain.

Sebelumnya, pascabencana gempa dan tsunami, polisi telah mengirimkan tiga satuan setingkat kompi (SSK) ke Palu. Satu SSK terdiri dari sekitar 100 orang.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement