REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Aruna dan Lidahnya sedang tayang di bioskop. Film drama kuliner arahan Edwin ini memberikan kesegaran dalam dunia hiburan Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan pujian yang mengalir deras terhadap elemen-elemen dalam film. Bahkan bertebaran pula fan theory seputar film. Tampaknya film ini bukan hanya nyaman ditonton, tapi juga enak dibahas habis-habisan.
Berikut beberapa hal menarik dari film Aruna dan Lidahnya yang bisa dikulik.
Aruna dan Mimpinya
Di film, ada dua adegan yang menampilkan mimpi Aruna. Pertama ketika Aruna membuka kulkas untuk mencicipi jeruk nipis, lalu ketika Aruna meminum air pantai. Di kedua mimpi tersebut, Aruna mengecap rasa yang tidak seharusnya ada. Sesudah kedua adegan itu, Aruna mengalami kesialan. Terutama berhubungan dengan Farish. Apakah ini penyebab lidah Aruna tidak dapat berfungsi dengan baik di sepanjang perjalanan?
Aruna dan Catur
Di satu kesempatan di Singkawang, Aruna dan Farish makan Choi Pan. Lalu pembicaraan mengalir dari keduanya, tentu masih seputar makanan. Aruna bercerita kalau ia pernah makan buah catur ketika masih kecil. Ternyata pengalaman ini benar terjadi di hidup Dian Sastrowardoyo. Maka menjadikan adegan ini makin terasa natural.
Misteri Pak Musa
Salah satu pertanyaan terbesar di film adalah keberadaan Pak Musa. Beliau pertama diperkenalkan terbaring di rumah sakit lalu dijenguk oleh Aruna dan Farish. Uniknya, ketika Bono dan Nad tersesat di pelabuhan Surabaya, mereka bertemu dengan sosok mirip Pak Musa yang mengajak masuk ke kapal yang menjadi klub dangdut.
Di atas kapal tersebut juga dapat dilihat Pak Musa joget dengan perempuan yang tampak seperti istri di fotonya. Tak lama, Pak Musa yang terbaring di rumah sakit dikabarkan meninggal.
Kehadiran Pakar dan Pencinta Kuliner
Sebagai film tentang makanan yang diangkat dari novel seorang penulis kuliner rasanya tak lengkap kalau film ini tak memuat cameo dari sesama pencinta kuliner. Di akhir film dapat dilihat William Wongso dan Ade Putri tampak mendengarkan Bono yang menjelaskan makanan yang dihidangkannya. Selain itu jika jeli dapat juga dilihat orang-orang lain dari dunia kuliner, bahkan termasuk Laksmi Pamuntjak, sang penulis novelnya.
Hubungan Nad dan Farish
Sebagai film yang memuat persahabatan orang dewasa dengan bumbu romansa, film ini makin berwarna dengan hubungan yang dibangun antara Nad dan Farish. Keduanya dikenalkan Aruna di awal perjalanan. Lalu keduanya terhubung karena sebuah kebetulan, mengalami nasib yang sama sebagai seseorang yang mencinta dalam keadaan yang salah.
Mereka bukan sahabat, mereka tak saling jatuh cinta, tapi dengan basis pengalaman yang sama mereka saling mengerti. Nad sudah menerima kalau dia ditakdirkan menjalani percintaan semacam itu, sementara Farish masih berusaha menyembunyikannya.
Perlahan Nad membantu Farish jujur pada dirinya sendiri, walau secara tidak langsung. Bisa dibilang hubungan macam ini jarang ditampilkan di layar lebar Indonesia.