REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Calon wakil presiden nomor urut 01, KH Ma’ruf Amin mengunjungi rumah Maiyah tempat kediaman Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), Ahad (14/10). Dalam kunjungannya, Kiai Ma’ruf turut meminta saran dan masukan kepada putra Cak Nun, Sabrang Mowo Damar Panuluh atau yang akrab disapa Noe Letto.
Pada pertemuan tersebut, Noe berbicara soal kegalauan anak muda saat ini mengenai potensi perpecahan dan konflik akibat berbagai rumor yang masif di media sosial. "Saya sebagai anak muda, mengalami kebingungan di ruang sosial media, perpecahan sangat kelihatan," kata Noe dalam keterangan tertulis, Ahad, (14/10).
Menurut dia, kondisi tersebut salah satunya terjadi akibat pengguna media sosial di Indonesia yang kerap sulit untuk menemukan sumber informasi primer. Media sosial selalu memuat rumor yang belum tentu benar yang disebar oleh para pengguna. Rumor satu dilempar, dibalas dengan rumor lain, sehingga menimbulkan keretakan.
"Jangan mudah menyalahkan orang lain. Namun berilah kepada rakyat supaya melihat segala sesuatu dengan jernih, dengan sumber-sumber primer," kata dia.
Noe memberi contoh, misalnya soal keributan masalah pangan di media sosial. Menurut dia, sebaiknya menteri berkaitan langsung menjawab dan menjelaskan kondisi sebenarnya sehingga tak ada ruang untuk rumor.
"Kalau ada sumber primer langsung, orang tak mudah diombang-ambingkan desas-desus. Kalau isu ini tak di-manage dengan benar, yang ada hanya desas desus," jelasnya.
Ia mengusulkan agar pemerintahan ke depan harus memberi ruang wadah yang benar bagi masyarakat. Hal itu semata-mata agar diskusi bisa dilakukan secara benar dengan sumber-sumber terpercaya yang jauh dari sekadar rumor belaka.
Mendengar saran dari Noe, Kiai Ma'ruf Amin ltertarik dengan ide-ide itu. Kiai Ma’ruf pun meminta agar ide itu disempurnakan dan disampaikan secara lengkap lewat tulisan sehingga bisa dipelajari. Kiai Ma’ruf mengakui bahwa kondisi di media sosial saat ini memprihatinkan.
Padahal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang bagaimana bermuamalah dalam media sosial. Kiai Ma’ruf pun mengakui bahwa seruan moral demikian tak cukup. "Nah bila tak bisa diedukasi, ada law enforcement," kata Kiai Ma'ruf.