REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka pada Senin (15/10). Pengamat Timur Tengah dari Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), Smith Alhadar mengatakan kunjungan itu sebagai upaya Palestina untuk mendapatkan dukungan yang konsisten dari Indonesia.
Ia mengatakan saat ini Palestina sedang menghadapi berbagai kesulitan besar terkait beberapa kebijakan Israel. Hal itu mulai dari pembunuhan warga Palestina dalam demonstrasi di perbatasan Gaza, diloloskannya undang-undang bangsa Yahudi, serta beberapa kebijakan Amerika Serikat (AS) yang merugikan Palestina.
"(Palestina menghadapi) Mulai dari pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang diikuti dengan pemindahan kedutaan, pemotongan bantuan untuk badan bantuan bagi pengungsi Palestina (UNRWA), hingga penutupan kantor PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) di Washington," ujar Smith Alhadar saat dihubungi Republika.co.id, Senin (15/10).
Menurutnya, Palestina membutuhkan dukungan konsisten dari Indonesia karena negara-negara Arab kurang merespons kesulitan yang dihadapi Palestina saat ini.
"Jadi saya kira kedatangan Menlu Palestina ini terkait dengan upaya untuk mendapatkam dukungan yang konsisten untuk Palestina di masa sulit ini," katanya.
Ia menjelaskan, kunjungan itu juga dapat diartikan sebagai upaya Palestina agar Indonesia tidak memulai hubungan diplomatik dengan Israel. Menurut Alhadar, Israel terus berusaha untuk menjalin pembukaan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Salah satunya melalui pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut Indonesia sebagai negara yang penting bagi Israel.
Hal itu dinilai menimbulkan kekhawatiran dari pihak Palestina. Palestina tidak ingin Indonesia mengikuti jejak negara Arab lainnya seperti Mesir dan Yordania yang sudah berdamai dengan Israel. "Itulah sebabnya Menlu Palestina ini datang untuk mendengar sendiri dari pihak Indonesia bagaimana sebetulnya hubungan yang dijalin dibelakang layar antara Indonesia dan Israel," katanya.
Namun menurutnya, Israel tidak akan bisa mendapatkan apa yang diharapkan dari Indonesia sepanjang penindasan terhadap Palestina masih berlajut. Ia menambahkan bahwa kedatangan Menlu Palestina juga bentuk penghormatan kepada Indonesia karena banyak membantu.
"Karena negara Arab telah membangun aliansi strategis dengan Israel dan negara-negara ini juga cukup penting di dunia arab sehingga langkah-langkah yang berkaitan dengan Palestina tidak mendapat suara penentangan dari Arab," ujarnya.