Kamis 18 Oct 2018 14:29 WIB

Kementan Optimalkan Lahan Rawa untuk Ketahanan Pangan

Ada 10 juta hektare lahan rawa yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan pangan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi lahan rawa diubah menjadi lahan pertanian
Ilustrasi lahan rawa diubah menjadi lahan pertanian

REPUBLIKA.CO.ID, BARITO KUALA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-38 tahun 2018 di tengah lahan rawa yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif di Kalimantan Selatan, Kamis (18/10). Hal ini sekaligus meneguhkan komitmen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan melalui peningkatan produktivitas pertanian dan praktik pertanian berkelanjutan.

Presiden Joko Widodo yang dalam sambutanya diwakili oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan komitmenya untuk melanjutkan program pemanfaatan lahan rawa ini. "Ini kebijakan cerdas dan strategis. Langkah besar untuk bangsa Indonesia, sekaligus menjawab pesatnya pertumbuhan penduduk dan penurunan lahan pertanian karena opportunity cost yang berubah. Kita salah jika tidak meneruskan dan meningkatkannya," kata Darmin dalam sambutannya setelah melihat hamparan padi rawa seluas 750 hektare di Desa Jejangkit Muara, Barito Kuala.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman  menyatakan, keberhasilan konversi lahan di lokasi tesebut merupakan pembuktian sekaligus harapan untuk masa depan pangan Indonesia. Sedikitnya ada 10 juta hektare lahan rawa yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan pangan.

"Jika dikelola dengan baik, nilainya bisa Rp 1.000 hingga Rp 2.000 triliun untuk pendapatan petani," katanya.

Tujuan pembangunan lahan rawa di Kalimantan Selatan adalah agar menjadi solusi permanen saat musim kemarau. Sebab, saat musim kemarau terjadi di wilayah lain, lahan rawa di sini tetap akan bisa panen.

Sementara itu, Perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) untuk Indonesia Stephen Rugards menegaskan bahwa apa yang dilakukan Pemerintah Indonesia melalui Kementan merupakan komitmen besar untuk menjamin ketahanan pangan masa depan. Tema peringatan tahunan yang jatuh setiap 16 Oktober tersebut, menurut Rugard sesuai dengan tema World Food Day tahun 2018 yang diusung oleh organisasi pangan dan pertanian dunia yakni 'A Zero Hunger World by 2030 is Possible'.

"Secara global, produksi pangan harus digandakan pada tahun 2050 untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan memberi makan populasi lebih dari sembilam miliar. Pada saat itu, penduduk Indonesia akan mencapai 300 juta ditambah dengan meningkatnya urbanisasi dan perubahan permintaan konsumen, hal - hal ini akan memberi tekanan besar pada sistem pangan di Indonesia," kata Rugard.

Ia menekankan, selain untuk  peningkatan produktivitas, pengembangan lahan rawa yang dilakukan Kementan juga penting untuk memastikan praktik pertanian berkelanjutan. "Kementerian Pertanian telah mempromosikan penerapan praktik-praktik Pertanian yang baik terkait dengan penerapan model FAO untuk Intensifikasi Produksi Pangan yang berkelanjutan, termasuk intensifikasi praktik akuakultur dengan model padi dengan ikan atau dikenal sebagai mina-padi dan intensifikasi produksi unggas, yang mendiversifikasi sistem pangan dan membuatnya lebih menguntungkan," ujar Rugard.

Sementara itu, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengaku senang dan mendukung penuh kebijakan yang sangat baik ini. Ia berkomitmen untuk mengawal agenda-agenda besar sektor pertanian dari sisi regulasi.

Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor selaku tuan rumah juga hadir menyambut sejumlah kepala daerah, petani dan pemangku kepentingan di sektor pertanian dari seluruh Indonesia. Sahbirin melihat kerja sama yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh petani sebagai ujung tombak sebagai kunci untuk memenuhi pangan nasional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement